JURNAL PERGURUAN TINGGI -- Penyakit Diabetes Mellitus (DM) tidak lagi menyerang orang yang berusia lanjut, tetapi kini sudah merambah remaja hingga orang dewasa. Sehingga fenomena ini dapat mengancam terwujudnya Indonesia Emas di Tahun 2045.
Menurut Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) Prof dr Hari Kusnanto Josef, SU, DrPH, banyak faktor yang berkontribusi pada terjadinya diabetes mellitus. Di antaranya, kegemukan (obesitas), pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik dan perilaku sedentari, stress, serta pola tidur yang tidak sehat.
BACA JUGA : Ahli Gizi UGM: Cegah Diabetes, Batasi Anak Konsumsi Makanan Manis dan Perbanyak Olahraga
"Kegemukan sebagai faktor risiko DM semestinya tidak hanya diukur dari Indek Masa Tubuh (IMT), namun akan lebih pas jika diukur dengan lingkar perut," kata Hari Kusnanto pada webinar bertajuk 'Diabetes Mellitus Mengancam Generasi Muda Yogyakarta,' Kamis (25/5/2023).
Lebih lanjut, Hari Kusnanto menjelaskan saat ini jumlah penyandang DM terus meningkat, meskipun sebenarnya angka tersebut masih merupakan fenomena gunung es. Masih banyak individu yang sudah menderita DM, namun belum menyadari kalau dirinya menyandang DM. "Hal yang lebih memprihatinkan lagi, usia mulai terdiagnosis DM semakin muda. Bahkan remaja pun mulai terdeteksi pre DM," jelasnya.
Hari Kusnanto yang juga ahli Kedokteran Layanan Primer menegaskan pentingnya pencegahan dan pengelolaan DM. Bagi masyarakat yang sehat maupun penyandang DM semua perlu untuk bergerak bersama, melakukan pencegahan dan pengelolaan DM.
Caranya, kata Hari Kusnanto, melalui DIABETES yang merupakan kepanjangan dari DIet seimbang, Aktifkan gerakan badan, Bebas asap rokok dan narkoba, Enyahkan stress, Tidur nyaman, Evaluasi gula darah, dan Selalu berinteraksi positif. "Cara ini diharapkan yang sehat tetap sehat, yang sudah terlanjur menyandang DM pun tetap terkendali, tidak semakin parah dan tidak terjadi komplikasi," harap Hari Kusnanto.
BACA JUGA : Teknologi Wolbachia Terbukti Selamatkan 500 Jiwa/Tahun dari Penyakit DBD
Sedang Dosen Ilmu Penyakit Dalam FKKMK UGM dr Vina Yanti Susanti, SpPD-KEMD, menjelaskan terdapat faktor risiko DM yang bisa diubah dan ada faktor risiko DM yang tidak bisa diubah. Usia lebih dari 40 tahun, memiliki riwayat keluarga penyandang DM, kehamilan dengan Riwayat DM, Ibu dengan Riwayat melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4 kg, serta bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) kurang dari 2,5 kg merupakan faktor risiko DM yang tidak dapat diubah.
Lebih lanjut dr Vina menjelaskan bahwa DM dapat menyebabkan terjadinya penyakit tidak menular dan juga memparah penyakit tidak menular lainnya seperti penyakit jantung, stroke, penyempitan pembuluh darah, gangguan saraf termasuk saraf mata hingga dapat menimbulkan kebutaan, serta memungkinkan terjadinya kerusakan ginjal.
"Banyaknya kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi pada seorang penyandang DM mengisyaratkan pentingnya pengelolaan DM dengan baik dan tetap dengan berkonsultasi dengan dokter," kata Vina.
Vina mengimbau kepada masyarakat agar tidak mudah mempercayai berita-berita yang viral dan belum dijamin kebenarannya. "Pengelolaan DM secara tepat akan meningkatkan kualitas hidup penyandang DM. Pencegahan dan skrining yang dilakukan secara dini serta penerapan perilaku hidup sehat semestinya dilakukan oleh setiap lapisan masyarakat agar meminimalkan dampak buruk dari DM," urainya.
Sementara Dr dr Denny Agustiningsih, MKes, AIFO, AIFM, Ahli Fisiologi UGM menjelaskan semua orang perlu sehat dan bugar untuk mencegah dan mengendalikan DM. Sehat dan bugar tersebut dicapai dengan menerapkan perilaku hidup sehat. Di antaranya pembiasaan melakukan aktivitas fisik dan olahraga, menjaga nutrisi melalui pemenuhan gizi seimbang termasuk kecukupan air putih, menjaga pola tidur yang berkualitas, serta dengan selalu berpikir positif, menjaga hubungan sosial dengan orang lain serta taat beribadah.
"Aktivitas fisik dan olahraga sangatlah penting dilakukan semua usia dan perlu dibiasakan sejak dini. Karena kecukupan aktivitas fisik dan olah raga menjadi investasi kita agar dapat terhindar dari berbagai penyakit dan juga memiliki kualitas hidup yang lebih sehat," kata Denny. (*)
BACA JUGA : UGM Dukung Kampanye Program Makan B2SA untuk Hadapi Krisis Pangan
Ikuti informasi penting tentang berita terkini perguruan tinggi, wisuda, hasil penelitian, pengukuhan guru besar, akreditasi, kewirausahaan mahasiswa dan berita lainnya dari JURNAL PERGURUAN TINGGI. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di JURNAL PERGURUAN TINGGI dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: [email protected].