Rabu 31 May 2023 11:25 WIB

Kisah Jamaah Haji yang Memilih Jaga Kondisi demi Puncak Haji

Jamaah diminta tak memaksakan ibadah agar maksimal ikuti rangkaian puncak haji.

Tim Promosi Kesehatan (Promkes) melakukan sosialisasi pentingnya seimbangkan istirahat dan ibadah di Hotel Diyar Al Salam, Madinah, Selasa (30/5/2023). Jamaah diminta menjaga kesehatan jelang puncak haji.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Agung Sasongko dari Madinah, Arab Saudi

Baca Juga

Syamsyimar Aliakir, 70 tahun, dan Rosmala Sidi Umar Jambek, 69 tahun, jamaah haji asal Tebing Tinggi, Sumatera Utara memilih untuk tidak memaksakan diri ke Masjid Nabawi. Apalagi jarak antara hotel dan Masjid Nabawi terpisah 500 meter.

Usyimar, panggilan akrabnya lutut kakinya kambuh dan kembali nyeri. Apalagi ia tak membawa tongkatnya yang selama ini banyak membantunya berjalan. Tongkatnya duduk manis di sudut hotel Arjuwan Al Salam di Sektor VI.

"Lutut ibu sakit nak," kata dia setibanya di hotel tempanya menginap.

Usyimar memang sejak lama mengeluhkan lututnya yang sakit. Ia mengaku tak pernah mengobati lututnya yang sakit itu. Ibu dari sembilan anak ini meyakini kalau sakit pada lututnya akan hilang dengan sendirinya. "Allah Maha Baik," katanya.

Sejatinya, usymair dan sepupunya itu, berangkat 2020 namun karena alasan pandemi urung berangkat karena tidak diperkenankan jamaah di atas 65 tahun untuk berangkat. Ia tak berkecil hati, karena baginya haji adalah panggilan.

"Ini adalah panggilan Allah. Ibu sudah sampai sini nak," kata dia.

Usymair sudah sholat di Masjis Nabawi pada Shubuh tadi. Namun, ia harus istirahat, berkompromi dengan lututnya itu. Ia memilih untuk istirahat sejenak sebelum nanti Magrib atau Isya di Masjid Nabawi, itupun kalau lututnya tak kambuh.

Ia menyadari kekurangannya itu sembari berharap Allah SWT selalu memberikannya kesehatan hingga puncal haji nanti. Rencananya, Usymair dan sepupunya dijadwalkan masuk Raudhah pada besok, Rabu (31/5/2023). "Saya selalu ingat pesan anak, mak kirim Alfatihah untuk Rasulullah, mak kasih salam untuk beliau," kata dia.

Adzan Dzuhur berkumandang. Usymair dan sepupunya memutuskan sholat di Hotel. Ia yakin Allah SWT tahu kondisinya. Tak mungkin ia menyulitkan orang lain karena keterbatasannya. Walau ia yakin banyak orang baik di luar sana yang siap membantu. "Banyak orang baik yang menolong saya setibanya di sini," kata dia penuh syukur.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement