REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Ratusan santri mengikuti pelatihan kriya di Pondok Pesantren Ulul Albab, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Ketua Koordinator SDG Sulsel, Ahmad Zulfikar mengatakan kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka mengasa kreativitas dari santri terutama di Pondok Pesantren Ulul Albab.
“Jadi, kami dari SDG Sulsel, menggelar pelatihan ini kami berharap untuk terus mengasa kreativitas dari santri, serta mendorong atau mengembangkan kewirausahaan dari santri ini,”ujar Zulfikar di lokasi, Senin (5/6/2023).
Tak sekadar sekali saja SDG atau Santri Dukung Ganjar juga bakal menggelar pelatihan kriya bagi santri, terutama di wilayah Sulawesi Selatan.
Apalagi, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan para pimpinan pondok pesantren.
“Kami jadwalkan di ponpes yang ada di Makassar, dan ke depannya kami akan terus adakan,” ujar Zulfikar.
Para santri fokus memperhatikan setiap materi yang diberikan dari pihak SDG mengenai pelatihan kriya. Salah seorang santri bernama Ayu (16 tahun), menyambut positif kegiatan yang dilakukan SDG ini.
Dia bersama teman-temannya sangat antusias untuk mengikuti pelatihan kriya tersebut. Apalagi Ayu mendapatkan ilmu baru tentang kerajinan tangan.
“Asik, seru, dapat ilmu baru tentang kerajinan tangan,” ucap Ayu.
Sementara pimpinan Pondok Pesantren Ulul Albab, Ambo Upe menyampaikan rasa terima kasihnya kepada SDG yang sudah memberikan kesempatan pelatihan kerajinan tangan bagi santri di tempatnya.
Menurut Ambo, para santri sangat menyambut antusias pelatihan tersebut. Mengingat, kreativitas mereka diasahkan, bahkan hal tersebut bisa menciptakan lapangan pekerjaan.
“Dengan ada pelatihan tersebut memberi sedikit lapangan kerja kepada santri-santri kami,” ungkap dia.
Sebelumnya, pelatihan seperti ini juga dilakukan SDG di Yayasan Pondok Pesantren Ma'rifatul Ulum Dusun Winong, Desa Krompol, Kabupaten Ngawi, mendapat bekal menjadi pelaku industri kreatif saat telah menyelesaikan pendidikannya kelak sekaligus memberdayakan ekonomi umat.
Para santri diberi pelatihan sablon dengan harapan mampu menambah dan meningkatkan taraf hidup santri. "Ini agar nantinya para santri mempunyai jiwa pengusaha kemudian mempunyai kreativitas dalam rangka menghadapi masa depan ketika santri-santri ini keluar dari pondok pesantren," ujar Koordinator Wilayah Komunitas Jawa Timur Hurriyahi, demikian dilansir dari Antara.