REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaksana Tugas Menteri Komunikasi dan Informatika (Plt Menkominfo), Moh Mahfud MD menyampaikan, perkembangan pada era digital menimbulkan jenis ancaman baru terhadap kedaulatan negara yang harus diwaspadai TNI. Ancaman terhadap TNI muncul dalam melaksanakan pertahanan negara guna mempertahankan kedaulatan, menjaga keutuhan NKRI, dan menjaga keselamatan bangsa.
Selain itu, sehubungan dengan akan dimulainya tahun demokrasi, Mahfud MD menekankan netralitas prajurit TNI beserta keluarga besar TNI pada Pemilu 2024. Menko Polhukam tersebut berharap, TNI dapat menjalankan peran penting dalam melancarkan proses pemilu dan memastikan bahwa pemilu aman bagi seluruh pemilih.
"TNI dan Polri tetap pada posisi netral, terutama dalam menjaga lalu lintas digital yang (menimbulkan) banyak provokasi di tengah masyarakat dengan tingkat literasi rendah. Kemudian melalui literasi digital, pemerintah juga berharap agar seluruh anggota TNI dapat lebih cerdas, teliti, dan berhati-hati serta menggunakan logika dalam mengamati informasi, khususnya mengenai pemilu yang beredar di ruang publik, baik media nasional maupun digital," tutur Mahfud di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (13/6/2023).
Mahfud hadir di Mabes TNI terkait peluncuran acara literasi digital sektor pemerintahan kepada prajurit TNI. Kegiatan tersebut diikuti oleh sekitar 165 orang perwira tinggi (pati) dan menengah (pamen) TNI tiga matra. Kegiatan itu bertujuan untuk membangun pemahaman literasi digital di lingkungan TNI guna mewujudkan prajurit TNI yang makin bijak dan cakap digital.
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono berpesan kepada seluruh anggota TNI agar wajib memerangi konten negatif dan memiliki kecakapan digital untuk memilah informasi demi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Dia pun berharap, kegiatan itu mampu meningkatkan kemampuan prajurit dalam bersinggungan di dunia digital.
"Tidak ada prajurit yang membocorkan rahasia negara, hoax, serta konten yg bertentangan dengan tugas TNI sebagai pemersatu bangsa. Perlu ditekankan pada jajaran semuanya, harus memilah mana yg bisa di-share dan dampaknya terhadap persatuan," jelas Yudo.
Dosen Ilmu Komputer Universitas Indonesia, Sofian Lusa menjelaskan tentang bagaimana data di ruang virtual menjadi begitu bernilai seiring perkembangan teknologi. Jika hal itu tidak dikelola maka bisa memicu ancaman siber (cyber threat) yang bisa berkembang menjadi serangan siber (cyber attack).
Dengan adanya ancaman itu, sambung dia, diperlukan keamanan siber (cyber security) untuk menanggulangi hal tersebut. "Kita melakukan pengamanan secara internal, mulai dari pencegahan, sosialisasi, sinergitas dengan pihak-pihak lain, analisis dan deteksi dini, kemudian bagaimana kita merespon jika terjadi serangan tersebut. Nah, ini menjadi hal penting yang harus dilengkapi atau di-equip para prajurit TNI kita," ujar Sofian.