REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapal selam yang membawa wisatawan untuk menjelajah ke bangkai kapal Titanic masih belum ditemukan setelah hilang di Atlantik Utara pada Ahad (18/6/2023). Penjaga pantai mengatakan bahwa kapal selam tersebut hilang kontak setelah menyelam selama 1 jam 45 menit.
Hingga Senin (19/6/2023) sore, penjaga pantai AS memperkirakan kapal selam tersebut memiliki sisa oksigen antara 70 hingga 96 jam. Kemungkinan besar, oksigen akan habis paling lambat pada Kamis sore.
Kepala laboratorium lingkungan ekstrem di Portsmouth University di Inggris, Mike Tipton, mengatakan bahwa kisaran waktu tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Dengan asumsi jumlah oksigen di kapal selam diketahui sejak awal, variasi tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh tingkat konsumsi oksigen.
"Seberapa cepat kita menggunakan oksigen tergantung pada apa yang kita lakukan. Berolahraga dengan sepeda, misalnya, menggunakan sekitar dua liter oksigen per menit, dan para penumpang kapal selam tersebut memiliki pengalaman yang cukup untuk mengetahui cara menghemat oksigen," kata Tipton, seperti dilansir Insider, Rabu (21/6/2023).
Namun, jika kehilangan tenaga, maka kapal selam bisa berada di dasar laut dengan suhu 4 derajat Celsius yang menyebabkan orang-orang di dalamnya kedinginan dan mulai menggigil. Menurut Tipton, keadaan ini dapat meningkatkan konsumsi oksigen sekitar tiga kali lipat.
"Menggigil adalah bentuk aktivitas yang menghabiskan sekitar satu liter oksigen per menit," kata dia.
Tipton menyebut, ketika kapal selam mulai kehabisan oksigen, orang yang berada di dalamnya bisa mengalami gejala gelisah, sakit kepala, kebingungan, detak jantung meningkat, napas pendek, dan ujung jari membiru. Akhirnya, mereka akan kehilangan kesadaran.