Kamis 22 Jun 2023 07:20 WIB

Bank Dunia: Ekonomi Global Melambat Signifikan Tahun Ini

Khusus negara-negara ekonomi maju, perlambatan bahkan lebih dalam.

Logo Bank Dunia
Logo Bank Dunia

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Inflasi dan kebijakan moneter ketat yang telah diterapkan selama 18 bulan terakhir mendorong perlambatan ekonomi global. Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan global akan menurun dari tiga persen tahun lalu menjadi sekitar dua persen saja pada 2023.

Direktur Grup Prospek Bank Dunia Ayhan Kose mengatakan, khusus negara-negara ekonomi maju, perlambatan bahkan lebih dalam. "Ada alasan lain. Kami melihat perdagangan global. Perdagangan melambat sangat tajam relatif terhadap apa yang kami lihat tahun lalu. Tentu saja, invasi Rusia ke Ukraina tidak membantu. Ada masalah kepercayaan secara keseluruhan, ditambah prospek yang tidak pasti ikut mengurangi investasi," kata Kose dilansir Zawya, Rabu (21/6/2023).

Baca Juga

Maret lalu, Bank Dunia sudah memperingatkan, pertumbuhan ekonomi sangat penting dalam meningkatkan tingkat pendapatan dan untuk menghilangkan kemiskinan. Rata-rata potensi pertumbuhan ekonomi global akan merosot ke level terendah tiga dekade sebesar 2,2 persen per tahun hingga 2030. Sebesar 30 persen dari negara berkembang tidak akan kembali ke tingkat pendapatan per kapita yang sempat mereka capai pada 2019 pada akhir 2024.

"Jadi, empat tahun setelah pandemi, tingkat pendapatan per kapita kita masih lebih rendah dari sebelum pandemi. Kami ingin ekonomi ini tumbuh lebih cepat sehingga tingkat pendapatan mereka mendekati tingkat pendapatan negara ekonomi maju. Tapi itu tidak terjadi pada kecepatan yang kita inginkan," kata Kose menambahkan.

Bank Dunia mencatat telah terjadi kemajuan yang signifikan dalam memerangi inflasi. Perkiraan Bank Dunia menunjukkan, di tingkat global, inflasi akan turun sekitar tiga persen pada akhir tahun depan.

"Saya pikir kita telah membuat kemajuan yang signifikan. Di banyak negara, kami pikir inflasi sudah mencapai puncaknya. Di tingkat global, kami melihat inflasi cukup tinggi, sekitar sembilan persen tahun lalu. Sekarang angka itu sudah turun," kata Kose.

Ia sepakat, tuas besar yang harus ditarik bank sentral untuk melawan inflasi adalah menaikkan suku bunga. Dunia berada dalam siklus kenaikan suku bunga. "Kenaikan suku bunga ini paling agresif sejak setidaknya tahun 1980-an," kata dia.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement