REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Suku bunga Bank Sentral Inggris (BoE) diperkirakan akan naik lagi setelah data menunjukkan inflasi tetap pada tingkat yang sangat tinggi.
Inflasi, yang mengukur laju kenaikan harga, adalah 8,7 persen pada tahun berjalan hingga Mei, tingkat yang sama pada bulan April. Harga untuk penerbangan dan mobil bekas naik menyebabkan angka yang tidak terduga. Namun, biaya makanan dan energi sudah membebani anggaran rumah tangga di Inggris.
Suku bunga secara luas diperkirakan akan naik sebesar 0,25 persen menjadi 4,75 persen pada Kamis (22/6/2023). Namun, beberapa analis memprediksi suku bunga BoE sekarang bisa naik menjadi lima persen, demikian dilansir BBC, Rabu (21/6/2023).
Bagaimanapun, BoE ditugaskan untuk menjaga inflasi sebesar dua persen tetapi tingkat inflasi saat ini empat kali lebih tinggi dari target itu.
BoE terus menaikkan suku bunga sejak akhir 2021. Hal ini membuat biaya kredit lebih mahal dan secara teoritis mendorong orang untuk meminjam lebih sedikit dan membelanjakan lebih sedikit, yang berarti kenaikan harga akan berkurang. Hal ini menimbulkan kekhawatiran atas pinjaman, khususnya KPR, dengan pemilik aset rumah.
Sepertiga dari orang dewasa di Inggris menghadapi peningkatan pengeluaran yang besar ketika kesepakatan jangka waktu tetap berakhir. Pembeli rumah pertama juga berisiko tak bisa mengakses KPR karena persyaratan pinjaman menjadi lebih ketat. Rata-rata KPR bunga tetap dua tahun pada Rabu (21/6/2023) mencapai 6,15 persen, sementara kesepakatan beli selama lima tahun adalah 5,79 persen.