REPUBLIKA.CO.ID, NEW JERSEY -- Pakar tidak yakin akan ada yang selamat di selam wisata reruntuhan Titanic yang hilang Ahad (18/6/2023) lalu. Kapal selam yang dinamakan Titan tersebut memiliki sistem keamanan yang membantunya naik ke permukaan bila terjadi situasi darurat.
Titan dilengkapi dengan kantong pasir dan pipa timah yang dapat dilepas serta balon tiup. Sistem ini dirancang beroperasi bila semua orang di dalam kapal hilang kesadaran.
Pakar kendaraan tempur dan profesor Fordham University’s School of Law, Lawrance Brennan mengatakan hal itu merupakan skenario terbaik. Namun menurutnya tidak berarti akan ada korban selamat. Ia mengatakan pintu Titan tidak bisa dibuka dari dalam.
"Sehingga mereka harus membuka palka dan bautnya dari luar dan menyelamatkan orang di dalamnya, itu skenario terbaik dan saya tidak yakin itu akan terjadi," kata Brennan, Kamis (22/6/2023).
Menurut pakar bila Titan tertahan di dasar laut maka lima orang yang ada di dalamnya akan kehabisan oksigen dan mengalami hipotermia dari dingin ekstrem.
Lima orang di dalam Titan adalah: CEO OceanGate yang menggelar wisata itu, Stockton Rush; seorang petualang Inggris Hamish Harding; ayah dan anak dari keluarga kaya Pakistan Shahzada dan Suleman Dawood, serta pakar Titanic asal Prancis Paul-Henry Nargeolet.
Dalam wawancara tahun 2019 lalu Nargeolet yang sudah melakukan lebih dari 30 perjalanan ke puing-puing Titanic mengatakan kemungkinan paling berbahaya adalah terjebak di antara puing-puing kapal yang tenggelam tahun 1912 itu.
Ia mengatakan akan masih ada oksigen untuk empat sampai lima hari tapi kemungkinan besar bantuan tidak akan tiba tepat waktu. Masalah terbesarnya suhu di dasar laut sekitar -33 derajat Celsius.