Kamis 22 Jun 2023 23:24 WIB

Jepang Bikin Aturan Baru, Larang Siswa Pakai Chatbot dalam Ujian

Kementerian Pendidikan Jepang tidak sepenuhnya mengesampingkan pemanfaatan AI.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Anak-anak usia sekolah di Jepang (ilustrasi). Jepang menyiapkan pedoman baru berisi pelarangan penggunaan chatbot saat ujian.
Foto: EPA-EFE/FRANCK ROBICHON
Anak-anak usia sekolah di Jepang (ilustrasi). Jepang menyiapkan pedoman baru berisi pelarangan penggunaan chatbot saat ujian.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan Jepang berencana membuat pedoman baru. Aturan baru itu menginstruksikan semua sekolah dasar, menengah pertama, dan menengah atas untuk melarang siswanya menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence) generatif seperti chatbot ChatGPT dalam ujian.

Namun demikian, kementerian tersebut tidak sepenuhnya mengesampingkan pemanfaatan AI. Dalam pedoman baru disebutkan bahwa ChatGPT boleh dimanfaatkan dalam merumuskan ide untuk memfasilitasi diskusi di kelas, mengoreksi tata bahasa dalam percakapan bahasa Inggris, atau mempelajari keterampilan pemrograman tingkat lanjut.

Baca Juga

“Kementerian akan merilis pedoman tersebut paling cepat bulan Juli setelah mendengar pendapat para pemangku kepentingan dan membuat revisi yang diperlukan,” demikian menurut sumber pemerintah seperti dilansir Japan Today, Kamis (22/6/2023).

Pedoman tersebut akan menekankan bagaimana siswa dan staf pendidik menggunakan kecerdasan buatan secara bijaksana. Bagaimanapun, menurut kementerian, pembatasan penting dilakukan guna memperhatikan potensi dampak negatif pada keterampilan berpikir kritis dan kreativitas siswa serta risiko kebocoran data pribadi dan pelanggaran hak cipta.

Draft pedoman tersebut mengatakan, AI generatif tidak boleh digunakan dalam ujian atau oleh guru ketika mengukur kinerja akademik siswa, atau digunakan secara bebas oleh siswa tanpa mereka mengetahui kecenderungan dan keterbatasan teknologi tersebut. Selain itu, siswa juga dilarang menggunakan kecerdasan buatan untuk membuat puisi atau haiku atau dalam kegiatan artistik, tanpa memberikan pertimbangan yang matang.

“Para guru harus menginstruksikan siswa bahwa akan dianggap curang jika mereka mengirimkan esai yang ditulis oleh AI generatif sebagai tugas kelas,” kata menurut sumber tersebut. AI generatif, termasuk ChatGPT yang dikembangkan oleh perusahaan teknologi AS, OpenAI, dilatih menggunakan data dalam jumlah besar dari internet dan dapat memproses serta mensimulasikan percakapan seperti manusia dengan pengguna atau membuat gambar berdasarkan instruksi pengguna.

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement