REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pendiri kelompok tentara bayaran Wagner Yevgeny Prigozhin terkenal tidak bisa diatur dan tantangan bagi otoritas bahkan sebelum upaya pemberontakannya pada Sabtu (24/6/2023) lalu. Kremlin berhasil mencapai kesepakatan untuk mengasingkannya ke Belarusia, negara yang mungkin kurang menerima perilakunya.
Hingga Ahad (25/6/2023) sore, Prigozhin masih tetap bungkam setelah tentara bayaran Wagner mundur dari kota-kota Rusia. Usai Kremlin mengumumkan Prigozhin sepakat untuk diasingkan ke Belarusia, masih belum diketahui apakah ia benar-benar ke negara itu.
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko dilaporkan menegosiasikan kesepakatan tersebut. Namun, perilaku Prigozhin sangat bertentangan dengan Lukashenko yang represif terhadap pembangkang dan media independen.
Berkuasa sejak 1994, Lukashenko yang kerap dijuluki "diktator terakhir Eropa" menindak keras unjuk rasa tahun 2020 yang menentang kekuasaannya. Ratusan orang divonis hukuman penjara bertahun-tahun, termasuk peraih hadiah Nobel Ales Bialiatski.
Di bawah kekuasaan Lukashenko, Belarusia menjadi sangat dekat dengan Rusia. Sepakat untuk membentuk "negara serikat" yang prosesnya masih berlangsung. Meski pasukan Belarusia tidak terlibat dalam perang Rusia di Ukraina, namun Belarusia mengizinkan wilayahnya menjadi pangkalan pasukan Rusia yang hendak menggelar serangan ke Ukraina. Tahun lalu Belarusia juga menjadi tuan rumah senjata taktis nuklir Rusia. Lukashenko merupakan salah satu sekutu terdekat Presiden Vladimir Putin.
Sikap Prigozhin terhadap pemimpin Kremlin semakin keras. Meski ia sempat mengerahkan pasukannya ke Moskow. Prigozhin tidak mengkritik Putin secara langsung dan mengklaim ia ingin menyingkirkan pemimpin-pemimpin pertahanan Rusia yang ia tuduh korup dan tidak kompenten.
Kesepakatan Belarusia menyingkirkan Prigozhin dari Wagner, tapi masih belum diketahui apakah pasukannya ikut mengasingkan diri ke Belarusia baik karena kesetiaan atau menolak menjadi tentara kontrak Rusia.
"Personel ini berpotensi menandatangani kontrak-kontrak dengan Kementerian Pertahanan berbasis individu, dimobilisasi di Rusia (atau) pergi ke Belarusia dalam kapasitas tertentu," kata lembaga think-tank yang bermarkas di Amerika Serikat, Institute for the Study of War.
Bila ke Belarusia, terdapat pertanyaan apakah Wagner mendapat akses ke senjata nuklir Rusia. Wakil Kepala Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev khawatir mereka akan menguasai senjata Rusia dalam pemberontakan Sabtu kemarin.
"Dunia akan berada di ambang kehancuran, bila Wagner mendapatkan senjata nuklir," kata Medvedev.