REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyoroti aksi demonstrasi dan kerusuhan yang melanda sejumlah kota di Prancis akibat tewasnya Nahel M, seorang remaja berusia 17 tahun keturunan Aljazair. Netanyahu menyebut aksi protes yang berlangsung di Prancis antisemit karena turut menargetkan warga keturunan atau beragama Yahudi.
"Pemerintah kami memantau dengan sangat hati-hati gelombang demonstrasi antisemit yang melanda Prancis," kata Netanyahu pada rapat kabinet mingguan yang digelar Ahad (2/7/2023), dikutip laman Yeni Safak.
"Dalam beberapa hari terakhir, kami telah menyaksikan serangan kriminal terhadap sasaran Yahudi. Kami mengutuk keras serangan ini dan mendukung perjuangan Pemerintah Prancis melawan antisemitisme," tambah Netanyahu.
Pada 27 Juni 2023 lalu, seorang polisi Prancis menembak Nahel M hingga tewas. Nahel ditembak ketika menolak diberhentikan saat polisi sedang menggelar pemeriksaan lalu lintas di Nanterre, pinggiran kota Paris. Tewasnya Nahel seketika memantik kemarahan publik. Aksi protes diwarnai dengan penjarahan dan tindakan vandalistis.
Menurut Kementerian Dalam Negeri Prancis, pada malam kelima protes, 577 kendaraan dan 74 bangunan dibakar telah dibakar massa. Sebanyak 871 kebakaran tercatat di jalan-jalan dan ruang publik lainnya. Sejak aksi protes bergulir, kepolisian Prancis telah menangkap sedikitnya 1.300 orang.
Sementara itu, petugas polisi yang menembak Nahel hingga tewas kini sudah ditahan. Dia menghadapi penyelidikan formal atas pembunuhan sukarela atau disengaja. Belum ditaksir berapa kerugian materiel yang diderita Prancis selama aksi protes pembunuhan terhadap Nahel berlangsung.