Senin 10 Jul 2023 14:35 WIB

Lansia yang Meninggal Ditembak di New York Ternyata Hendak Pergi ke Masjid

Pelaku secara acak menembaki orang-orang saat dia lewat.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Ani Nursalikah
Lansia yang Meninggal Ditembak di New York Ternyata Hendak Pergi ke Masjid
Foto: Wikipedia
Lansia yang Meninggal Ditembak di New York Ternyata Hendak Pergi ke Masjid

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Pria lanjut usia yang meninggal setelah ditembak dari arah belakang oleh lelaki bersenjata di New York, Amerika Serikat pada akhir pekan lalu ternyata adalah seorang Muslim yang hendak beribadah menuju masjid.

Seperti dilansir New York Post, Senin (10/07/2023), korban bernama Saeidi adalah ayah dari enam anak yang menuju ke Masjid Queens untuk melaksanakan sholat. Sedang pelaku penembakan adalah pria yang mengendarai motor bernama Thomas Abreu (25 tahun).  

Baca Juga

"Hati keluarga saya hancur semua. Kami tak percaya hal seperti itu akan terjadi pada pria berusia 86 tahun. Mengerikan," kata Ahmed Alsaedi, putra Saeidi.

Saeidi menjadi satu-satunya korban meninggal dalam peristiwa penembakan itu. Menurut putranya, Saeidi punya kebiasaan berlari sejauh tiga sampai empat mil setiap pagi tanpa henti. Setelah itu Saeidi pergi ke taman sebelum menuju ke masjid untuk sholat.

"Itulah yang dia lakukan Sabtu pagi ketika pria bersenjata gila itu berada di belakangnya dengan motor, menarik pelatuk dan menembak punggungnya di trotoar Jamaica Avenue," kata putranya itu.

Sementara pelaku Thomas Abreu yang berasal dari Brooklyn dituntut dengan satu dakwaan pembunuhan, dua dakwaan percobaan pembunuhan dan enam dakwaan senjata karena diduga menembak empat orang, termasuk Homod Ali Saeidi yang berusia 86 tahun. Polisi mengatakan Abreu menggunakan senjata api jenis Ghost Gun 9 mm yang dilengkapi dengan magasin.

Abreu dengan santai berkendara melewati Brooklyn dan Queens pada akhir pekan lalu. Ia secara acak menargetkan orang-orang saat mereka lewat.

Pada saat polisi menangkapnya, dia telah menembak empat orang termasuk Saeidi, yang kematiannya terekam dalam rekaman pengawasan yang mengerikan. Pelaku tercatat memiliki riwayat satu kali terjerat kasus hukum pada 2019 karena dokumen palsu.

Menurut Ahmed Alsaedi, ayahnya itu datang ke Amerika dari Yaman pada 1962 untuk kehidupan yang lebih baik dan kesempatan baru. Setelah kehidupannya mulai stabil, dia membawa seluruh keluarganya ke AS.

Ayah enam anak itu bekerja sebagai petani, memiliki toko kelontong, dan mencoba-coba lahan yayasan sebelum pensiun. Keluarga adalah segalanya bagi Saeidi. Dia selalu ada jika ketiga putrinya atau tiga putranya membutuhkannya.

“Dia pria yang ceria. Dia sangat suka bercanda. Dia punya banyak teman. Dia seharusnya kembali ke Yaman minggu depan untuk perjalanan keluarga," kata Alsaedi.

Keluarganya akan menguburkannya di Spring Valley, New Jersey, setelah pemakamannya di Brooklyn pada Senin sore. “Dia mencintai orang-orang. Dia suka tertawa, selalu. Dia adalah orang yang hebat. Dia akan memberi kepada orang miskin, selalu memberi kepada orang miskin," kata Yahya Alsaidi (65 tahun), seorang kerabatnya.

Alsaedi juga menyesalkan polisi tidak dapat menghentikan pembunuh ayahnya. "Sistem sekarang, perlu dievaluasi ulang karena kejahatan di New York City tidak bisa dipercaya. Setiap hari kondisinya memburuk. Jadi mudah-mudahan walikota, komisaris, atau gubernur akan melakukan sesuatu tentang hal itu dan mencoba untuk memberikan lebih banyak kekuatan kepada polisi. Karena saat ini kejahatan sedang naik," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement