REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengusaha outlet Pertamina Shop (Pertashop) mengaku keberadaan pengecer BBM ilegal, Pertamini yang kian menjamur di berbagai daerah telah merugikan Pertashop yang resmi dari Pertamina. Pasalnya, Pertamini dapat dengan bebas memasarkan BBM nonsubsidi maupun subsidi bahkan berdampingan dengan Pertashop.
Sekretaris Paguyuban Pengusaha Pertashop Jateng-DIY, Gunadi Broto Sudarmo, menjelaskan, outlet Pertashop hanya bisa menjual produk BBM non subsidi yakni Pertamax dan Dexlite. Awal mula dibentuknya Pertashop sejak 2019 lalu cukup menguntungkan karena dapat menjangkau masyarakat yang jauh dari SPBU Pertamina.
Namun, penjualan terus menurun sejak disparitas harga Pertamax dan Pertalite makin lebar. Terutama sejak Pertamina menaikkan Pertamax menjadi Rp 12.500 per liter dari sebelumnya Rp 9.000 per liter pada April 2022 lalu di saat Pertalite masih dihargai Rp 6.750 per liter.
Konsumen yang biasa menggunakan Pertamax pun beralih ke Pertalite. Sementara itu, Pertamini yang merupakan pengecer ilegal dapat menjual Pertalite dengan harga lebih tinggi dan tetap mendapatkan konsumen.
“Ada pertanyaan, Pertamini dengan Pertashop lebih untung mana? Pengecer yang nyata-nyata ilegal dapat margin lebih besar karena marginnya sampai Rp 2.000 - Rp 2.500 per liter, dan dia tidak ada kewajiban seperti lembaga penyalur legal,” kata Gunadi dalam Audiensi bersama Komisi VII DPR, Senin (10/7/2023).
Gunadi menjelaskan, margin penjualan Pertamax yang ditetapkan untuk Pertashop hanya Rp 850 per liter untuk Pertashop Gold, Rp 600 untuk Pertashop Platinum, serta Rp 435 untuk Pertashop Diamond. Adapun harga jual kepada konsumen tetap sama mengikuti harga resmi Pertamina.
“Sungguh ironis memang, pengecer (Pertamini) dengan percaya diri dan tegaknya berdiri di depan Pertashop. Sakit memang bapak, ibu, kebetulan itu (terjadi) di Pertashop saya,” ujarnya.
Saat ini, diketahui disparitas harga Pertamax dan Pertalite mulai mengecil, di mana Pertamina telah menurunkan harga Pertamax menjadi Rp 12.400 per liter sedangkan Pertalite masih dipertahankan Rp 10 ribu per liter. Hanya saja, ia mengaku penjualan di Pertashop belum kembali normal.
Puncak tertinggi penjualan sempat mencapai 34 ribu liter per bulan pada Januari 2022 lalu, kemudian anjlok hingga 16 ribu liter per bulan. Pada akhir tahun lalu, bahkan ada Pertashop yang hanya mampu menjual 100 liter per hari.
(Satu-satunya cara untuk menghentikan kemunculan....)