MAGENTA -- Hari ini 234 tahun lalu, rakyat Prancis menyerbu penjara Bastille. Peristiwa berdarah pada 14 Juli 1789 itu menandai dimulainya revolusi Prancis.
Alasan penyerangan terhadap penjara Bastille karena adanya kabar raja yang gagal membubarkan konstituante telah mengumpulkan tentara di Paris untuk menggagalkan revolusi. Rakyat yang membutuhkan senjata untuk mempertahankan diri berusaha mengambil senjata di penjara Bastille.
BACA JUGA: On This Day: 4 Juni 1989 Pembantaian Tiananmen, Ribuan Orang Diberondong Peluru
.
Dalam peristiwa itu, tujuh tahanan yang tersisa dibebaskan oleh rakyat. Panjara Bastille dihancurkan massa. Kemudian, puing-puing tembok Bastille disebar di seluruh jalanan Paris sebagai simbol penggulingan monarki.
Penjara Bastille merupakan lambang absolutisme monarki tirani kerajaan. Penjara yang dibangun pada 1357 itu menjadi tempat penahanan ribuan pemimpin rakyat atau masyarakat kelas atas Prancis yang menentang kebijakan raja.
Absolutisme adalah bentuk pemerintahan kerajaan di mana para penguasa berkuasa secara mutlak dan tanpa dibatasi undang-undang. Prancis menjelang 1789 dapat dikatakan sebagai sebuah negara miskin di bumi yang kaya. Seperlima belas dari seluruh pendapatan negara digunakan untuk membiayai kehidupan mewah istana.
BACA JUGA: Sholat Jumat di Jalan Raya, Bagaimana Hukumnya?
Cerminan ketidakpuasan sebagian besar rakyat Prancis...
Ketidakpuasan Rakyat Prancis
Revolusi Prancis merupakan cerminan ketidakpuasan sebagian besar rakyat Prancis terhadap pemerintahan yang absolut (kekuasaan yang tidak terbatas). Secara politis revolusi Prancis dimulai pada 17 Juni 1789.
Puncak absolutisme Prancis terjadi saat pemerintahan Raja Louis XIV (1643-1715). Raja Louis XIV dikenal dengan semboyannya l'etat cest moi (negara adalah saya).
BACA JUGA: On This Day: 11 Juli 1995 Genosida Muslim di Srebrenica, Ribuan Pria Dibantai dan Wanita Diperkosa
.
Louis XIV yang bergelar Raja Matahari (Le Roi Soleil) menganggap dirinya wakil Tuhan di dunia (Le Droit Devine). Rakyat harus tunduk sepenuhnya padanya. Louis XIV juga disebut sebagai ancient regime (masa pemerintahan yang lama).
Raja Louis XIV memerintah tanpa konstitusi, pengawasan dari parlemen, pengadilan dan kepastian hukum. Raja Louis XIV juga mudah memberi surat penangkapan (letter de cachet) bagi siapa pun yang dicurigainya.
Saat Raja Louis XIV berkuasa kala itu, Prancis mengalami kemunduran yang begitu besar. Jalannya roda pemerintahan lebih banyak dikendalikan oleh permaisurinya, Marie Antoinette.
BACA JUGA: On This Day: 6 Mei 1840, Prangko Pertama Bergambar Ratu Victoria Mulai Digunakan
Struktur masyarakat Prancis pada masa kekuasaan Louis XIV...
Struktur Masyarakat Prancis pada Masa Louis XIV
• Golongan 1
Golongan ini berjumlah sekitar 300 ribu jiwa. Mereka adalah para bangsawan yang umumnya memiliki tanah-tanah yang luas, rumah mewah, dan hak-hak istimewa.
Hak-hak tersebut antara lain yaitu hak memegang jabatan tinggi dalam kerajaan, hak terbebas dari bermacam-macam pajak, hak berburu di kebun-kebun rakyat, dan hak mengambil sesukanya hasil laba kebun dan ternak petani.
BACA JUGA: Khasiat Daun Salam Bisa untuk Obat Diabetes, Asam Urat, dan Radang Lambung
.
• Golongan 2
Golongan ini berjumlah lebih kurang 65 ribu jiwa. Mereka adalah para agamawan yang menguasai tanah wilayah Prancis. Agamawan juga mempunyai hak-hak istimewa, antara lain hak memungut hasil tanah milik gereja, hak memungut pajak dari rakyat, dan hak bebas dari bermacam-macam pajak.
• Golongan 3
Golongan ini merupakan bagian terbesar dari masyarakat Prancis yang dibagi menjadi tiga tataran, yaitu kaum borjuis, rakyat jelata di pedesaan, dan rakyat jelata di perkotaan.
Kaum borjuis pada umumnya bekerja sebagai pemungut pajak di daerah, bankir, dokter, dan notaris. Kaum borjuis menengah ke bawah adalah para pedagang dan pengrajin.
BACA JUGA: Kocak, Cerita Pak AR Nasihati Jamaah Haji yang BAB di Wastafel
Sementara itu, rakyat jelata di pedesaan adalah para petani yang hidupnya bergantung pada otoritas di atasnya seperti bangsawan, gerejawan, ataupun kaum borjuis. Golongan tiga dianggap rendah serta tidak memiliki hak memegang jabatan dalam pemerintahan.
Golongan ini tidak memiliki hak istimewa. Mereka justru dibebani dengan bermacam-macam pajak, seperti capitation (pajak pribadi), vingtieme (pajak penghasilan), taille (pajak tanah dan bangunan), gabelle (pajak garam), dan aides (pajak anggur).
Pelapisan masyarakat seperti ini menimbulkan kesenjangan dan kecemburuan sosial. Jadi, revolusi Prancis yang berlangsung pada 1789 hingga 1915 adalah sebuah transformasi besar dalam sistem politik dan masyarakat Prancis. Setelah itu, Prancis berubah dari negara monarki absolut menjadi negara republik merdeka.
BACA JUGA: Pernah Dengar Daun Binahong? Ternyata Bisa Mengobati Jerawat, Eksim, dan Diabetes
Sejarah Penjara Bastille...
Sejarah Penjara Bastille
Pada mulanya penjara Bastille adalah kastil Bastille atau Bastille Saint-Antoine. Kastil Bastille sengaja dibangun sebagai benteng untuk melindungi sisi timur Paris dari potensi serangan Inggris selama perang seratus tahun.
Selain itu Benteng Bastille juga berperan besar dalam konflik internal Perancis, termasuk dalam perang agama pada abad ke-16. Disain Kastil Bastille dibangun dengan menara dan dinding yang memiliki ketinggian sama untuk memberi lebih banyak ruang penempatan meriam.
BACA JUGA: Kisah Soedirman: Guru SD yang Jadi Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat
.
Benteng dengan delapan menara ini mulai didirikan pada 1357. Pada masanya, Bastille menjadi salah satu benteng terkuat dan terpenting di Prancis. Kemudian dijadikan sebagai penjara bagi pejabat atau rakyat yang menentang kebijakan raja oleh Raja Louis XIV (1643-1715).
Oleh Raja Louis XV (1715-1774) dan Louis XVI (1774-1792) Bastille tetap dipertahankan sebagai penjara bagi tahanan dari berbagai latar belakang. Bastille juga digunakan untuk mendukung upaya pemerintah menegakkan sensor terhadap media cetak. Hingga 1789, diperkirakan 5.279 orang dijebloskan ke ke Penjara Bastille karena menentang kebijakan raja.
BACA JUGA: Kamu Perlu Tahu, Istilah dalam Dunia Lari
Perjalanan panjang revolusi Prancis...
Perjalanan Panjang Revolusi Prancis
1. Etats generaux, yaitu dibukanya kembali Dewan Permusyawaratan Rakyat pada 5 Mei 1789.
2. Assemblee Nationale, yaitu pembentukan Dewan Nasional oleh golongan yang mewakili rakyat, sebagai perwakilan bangsa Prancis, pada 17 Juni 1789.
BACA JUGA: Menguak Misteri Crop Circle, Benarkah Bikinan Alien?
.
3. Constituante, yaitu pemerintahan baru (rakyat oposisi yang) yang menggantikan rezim pemerintahan orde lama (raja dan para bangsawan) (1789-1791).
4. Legislatif, yaitu pemerintahan borjuis (bangsawan baru), dengan bentuk negara berupa constitutionale monarchie (1791-1792).
5. Convention, yaitu pemerintahan rakyat jelata di bawah pimpinan Robespierre, dengan bentuk Republik (1792-1795).
6. Directoire, yaitu kembalinya pemerintahan borjuis dengan membagi kekuasaan eksekutif kepada lima orang directeur (1795-1799).
7. Consulat, yaitu pemerintahan yang dipimpin oleh tiga orang konsul dan mulai munculnya Napoleon sebagai seorang otoriter (1799- 1804). (MHD)
Sumber:
Djaja, Wahyudi. (2012). Sejarah Eropa: Dari Eropa Kuno Hingga Eropa Modern. Penerbit Ombak
Pickwell, Linda. (2007). Perancis: Mengenal Ragam Budaya dan Geografi. Surakarta: Tiga Serangkai.
BACA JUGA:
▶ On This Day: 30 April 1945, Sang Fuhrer Nazi Adolf Hitler Bunuh Diri di Bunker
▶ On This Day: 26 April 1986 Tragedi Chernobyl, Lokasi Bisa Dihuni Manusia 3.000 Tahun Lagi
▶ On This Day: 21 Mei 1981, Indonesia Geger Saat Hamka Putuskan Mundur Sebagai Ketua MUI
▶ On This Day: 8 Juni 632 Nabi Muhammad SAW Wafat, Umar Bin Khattab Sempat tak Percaya
▶ On This Day: 28 April 1945 Benito Mussolini Ditembak Mati, Jenazahnya Digantung dan Diludahi