REPUBLIKA.CO.ID, PRISTINA -- Anggota parlemen Kosovo baku hantam dan perdana menteri dilempari botol minum. Kericuhan terjadi dalam debat selama tiga hari mengenai rekaman audio antara seorang anggota partai berkuasa dengan pejabat daerah yang penduduknya mayoritas Serbia.
Oposisi pemerintah menuduh cara Perdana Menteri Albin Kurti mengatasi ketegangan di daerah mayoritas Serbia di utara telah merenggangkan hubungan Kosovo dengan Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa.
Kerusuhan di utara semakin intensif akhir-akhir ini sejak walikota etnis Albania dilantik dalam pemilihan bulan April lalu. Masyarakat etnis Serbia memboikot pemilihan itu untuk menutut otonomi daerah yang sudah disepakati selama sepuluh tahun yang lalu. Etnis Albania merupakan 90 persen populasi Kosovo sementar Serbia 5 persen.
Dalam video yang menunjukkan isi ruangan sidang parlemen, Kamis (13/7/2023) terlihat anggota partai oposisi melempar air ke Kurti dan wakilnya. Kericuhan pecah ketika anggota partai oposisi lainnya dan anggota partai koalisi pemerintah mendekati podium di mana para menteri duduk.
Kurti didorong menjauh dari anggota parlemen dari partainya dan dari pengawal saat para anggota parlemen dari kedua pihak saling menyerang. Sampai akhirnya polisi datang mengintervensi.
Debat itu digelar setelah media daring Nacionale merilis rekaman audio percakapan antara ketua dewan partai berkuasa, Kusari-Lila dan anggota parlemen etnis Serbia Slavko Simic. Audio itu direkam bulan Juni tahun lalu.
Kusari dapat terdengar mengatakan ia berbicara dengan pejabat daerah mayoritas Serbia, Milan Radojcic yang disanksi pemerintah AS atas kejahatan terorganisir dan aktivitas korupsi. Radojcic juga buronan pihak berwenang Kosovo.
"Apa yang terjadi di parlemen Kosovo tidak dapat diterima dan penggunaan kekerasan dapat dihukum," kata ketua parlemen Kosovo Glauk Konjufca dan memerintahkan sidang ditunda selama dua jam.
Pada Rabu (12/7/2023) lalu Kurti mengatakan ia sepakat dengan Uni Eropa untuk mengurangi jumlah polisi yang dikerahkan di daerah utara dan mengambil tindakan lebih banyak untuk menurunkan ketegangan.
Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengatakan sejumlah pasukan penjaga perdamaian terluka saat bentrok dengan pengunjuk rasa etnis Serbia dalam kerusuhan 29 Mei lalu. Beberapa diantaranya terluka parah. Para dokter di daerah utara mengatakan 52 orang etnis Serbia juga terluka.