Jumat 14 Jul 2023 08:23 WIB

Harga Emas Menguat karena Dolar AS Merosot ke Terendah Sejak April 2022

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus naik 0,11 persen.

Harga emas menguat lebih lanjut pada akhir perdagangan Kamis (13/7/2023), memperpanjang keuntungan untuk sesi ketiga berturut-turut.
Foto: Antara/Rahmad
Harga emas menguat lebih lanjut pada akhir perdagangan Kamis (13/7/2023), memperpanjang keuntungan untuk sesi ketiga berturut-turut.

REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Harga emas menguat lebih lanjut pada akhir perdagangan Kamis (13/7/2023), memperpanjang keuntungan untuk sesi ketiga berturut-turut. Penguatan emas terjadi di tengah pelemahan dolar AS ke level terendah sejak April 2022 di tengah pendinginan inflasi AS yang mendorong ekspektasi bahwa Federal Reserve mendekati akhir pengetatan moneternya.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange terdongkrak 2,10 dolar AS atau 0,11 persen menjadi ditutup pada 1.963,80 dolar AS per ounce, setelah menyentuh level tertinggi sesi di 1.968,50 dolar AS dan terendah di 1.956,60 dolar AS. 

Baca Juga

Dolar melemah karena pendinginan inflasi AS mendorong ekspektasi bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga sekali lagi tahun ini, mengikis keunggulan imbal hasil greenback atas rekan-rekannya. Terhadap sekeranjang enam mata uang, indeks dolar turun 0,8 persen menjadi 99,738, setelah turun sebelumnya ke 99,767, palung baru 15 bulan. Indeks dolar menuju penurunan mingguan terbesarnya pada tahun 2023.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Kamis (13/7/2023) bahwa indeks harga produsen (IHP) AS naik tipis 0,1 persen bulan ke bulan pada Juni, di bawah perkiraan pasar untuk kenaikan 0,2 persen. IHP AS, pengukur inflasi utama yang melacak perubahan rata-rata harga yang dibayarkan bisnis kepada pemasok, telah menurun selama 12 bulan berturut-turut.

Perlambatan inflasi grosir AS, bersama dengan penurunan indeks harga konsumen (IHK) yang dilaporkan pada Rabu (12/7/2023), menunjukkan perlambatan inflasi AS, meningkatkan ekspektasi pasar bahwa kenaikan suku bunga Federal Reserve mungkin akan segera berakhir dan menjatuhkan dolar AS.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Kamis (13/7/2023) bahwa permohonan untuk klaim pengangguran turun 12.000 menjadi 237.000 untuk pekan yang berakhir 8 Juli, lebih rendah dari 249.000 pada minggu sebelumnya.

Dalam sebuah wawancara dengan CNBC Kamis (13/7/2023), Presiden Federal Reserve San Francisco Mary Daly menegaskan kembali bahwa kenaikan suku bunga akan sangat penting untuk menurunkan inflasi yang tinggi di Amerika Serikat.

Daly ingin mulai menuju suku bunga netral karena Amerika Serikat mendekati sasaran inflasi Fed sebesar 2,0 persen.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September terangkat 63,90 sen atau 2,63 persen, menjadi ditutup pada 24,949 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober bertambah 26,80 dolar AS atau 2,80 persen, menjadi menetap pada 983,40 dolar AS per ounce.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement