Ahad 16 Jul 2023 17:53 WIB

Cina dan Rusia akan Mulai Latihan Bersama di Laut Jepang, Apa Targetnya?

Latihan ini berlangsung ketika Beijing terus menolak seruan komunikasi militer AS.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Natalia Endah Hapsari
Armada angkatan laut Cina berangkat pada Ahad (16/7/2023), untuk bergabung dengan angkatan laut dan udara Rusia di Laut Jepang/ilustrasi
Foto: Xu Wei/Xinhua via AP
Armada angkatan laut Cina berangkat pada Ahad (16/7/2023), untuk bergabung dengan angkatan laut dan udara Rusia di Laut Jepang/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Armada angkatan laut Cina berangkat pada Ahad (16/7/2023), untuk bergabung dengan angkatan laut dan udara Rusia di Laut Jepang, dalam sebuah latihan yang bertujuan untuk "menjaga keamanan jalur perairan strategis", demikian menurut kementerian pertahanan Cina.

Latihan yang diberi nama sandi "Northern/Interaction-2023" ini menandai peningkatan kerja sama militer antara Cina dan Rusia sejak invasi Moskow ke Ukraina. Latihan ini juga berlangsung ketika Beijing terus menolak seruan AS untuk melanjutkan komunikasi militer.

Baca Juga

Armada laut tempur Cina yang terdiri dari lima kapal perang dan empat helikopter yang diangkut dengan kapal, meninggalkan pelabuhan timur Qingdao dan akan bertemu dengan pasukan Rusia di "area yang telah ditentukan", kata kementerian tersebut di akun WeChat resminya pada Ahad.

Pada hari Sabtu (15/7/2023), kementerian tersebut mengatakan bahwa angkatan laut dan udara Rusia akan berpartisipasi dalam latihan yang berlangsung di Laut Jepang ini. Latihan ini akan menjadi yang pertama kalinya bagi kedua mantra angkatan Rusia ikut serta dalam latihan tersebut, kata surat kabar pemerintah Global Times mengutip para pengamat militer, seperti dilansir Reuters, Ahad (16/7/2023).

Gromkiy dan Sovershenniy, dua kapal perang Rusia yang ikut serta dalam latihan di Laut Jepang, awal bulan ini telah melakukan pelatihan terpisah dengan angkatan laut Cina di Shanghai mengenai gerakan formasi, komunikasi, dan penyelamatan di laut.

Sebelum berlabuh dari perairan yang juga pusat keuangan Cina, Shanghai, kapal-kapal yang sama telah berlayar melewati Taiwan dan Jepang, sehingga mendorong Taipei dan Tokyo untuk memantau kapal-kapal perang Rusia tersebut.

Beberapa hari sebelum Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022, Presiden Vladimir Putin dan Presiden Cina, Xi Jinping mendeklarasikan kemitraan "tanpa batas" yang mereka katakan bertujuan untuk melawan pengaruh Amerika Serikat di kawasan ini.

Salah satu bidang penting dari kemitraan ini adalah kerja sama militer. Ketika Menteri Pertahanan Cina Li Shangfu bertemu dengan kepala angkatan laut Rusia, Laksamana Nikolai Yevmenov, di Beijing bulan ini, kedua belah pihak menegaskan kembali janji mereka untuk memperkuat hubungan militer.

Kepala Staf Gabungan militer Cina Liu Zhenli dan tentara tertinggi Rusia, Kepala Staf Umum Valery Gerasimov membuat janji yang sama saat melakukan panggilan video pada bulan Juni lalu. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement