REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bekerja sebagai pengemudi ojek online daring atau merupakan sesuatu yang halal. Namun tidak menutup kemungkin driver ojol yang beragama Islam mendapatkan orderan makanan nonhalal dari sistem layanan pesan antar makanan.
Pertanyaannya, apakah orderan tersebut tetap diambil atau sebaiknya ditolak saja? Menurut Ustadz Abdul Somad (UAS), kita tinggal di negeri dengan mayoritas Muslim. Meski begitu, ada juga saudara-saudara dari agama minoritas di negara ini yang sama-sama bekerja dengan kita.
"Transparan, yang mau dijemput ini siapa. Makanan yang mau dibawa ini terbuat dari apa, maka antarlah yang halal," ujar UAS dikutip dari channel Youtube Ustadz Abdul Somad Official saat menjawab pertanyaan jamaah ketika memberikan tausiyah di Komplek Jalan Citra Garden, Titi Rantai, Medan Baru, beberapa waktu lalu.
Dia mengatakan, jika tidak mengantar makanan yang halal, khawatir kita justru ikut dalam syubhat. "Berkontribusi dalam perbuatan haram," ujarnya.
Menurut UAS, hal tersebut bisa diatur dengan baik, mana makanan halal dan makanan nonhalal. "Ini makanan yang mau dibawa ini makanan halal. Ini makanan haram. Untuk kawan-kawan kita, saudara kita sebangsa dan se-Tanah Air, tapi tak seagama dengan kita, ada yang ngurus ini. Ini urusan kita. Supaya rezeki kita berkah," ujarnya.
UAS menyebut driver ojol sebaiknya pilah-pilih dalam mengantarkan makanan halal dan haram. Tidak semua orderan harus diambil dan diantar.
"Jangan semua mau diantar. Aku ni Pak Ustadz udah kerja payah kali cari duit, semua ku antar. Jangankan babi, setan pun ku antar. Ini tak betul," ujar UAS.