REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesepian telah menjadi masalah umum di dunia. Semakin banyak orang yang mengidap kesepian kronis, terutama sejak era pandemi Covid-19. Menurut survei yang digagas Campaign to End Loneliness, kesepian kronis lebih sering mengimbas perempuan.
Dikutip dari laman Daily Mail, Rabu (26/7/2023), survei dilakukan terhadap 3.000 warga Inggris. Delapan persen responden, baik laki-laki maupun perempuan, melaporkan bahwa mereka tidak memiliki teman sejati. Bahkan, sebagian besar interaksi sosial dilakukan secara daring.
Sejumlah 39 persen responden yang disurvei mengaku, sahabat terbaik mereka adalah pasangan hidup. Hal tersebut memang baik, akan tetapi, selain pasangan hidup, perlu ada sosok lain yang menjadi pendukung emosional dalam hidup seseorang.
Meningkatnya kesepian di kalangan masyarakat global sebagian terkait dengan perubahan dalam praktik kerja usai pandemi silam. Banyak orang menghabiskan lebih banyak waktu di rumah di depan komputer, dan itu bukan hal yang bagus untuk kehidupan sosial seseorang.
Kesepian memiliki efek yang sangat beracun bagi manusia. Tidak hanya dapat menyebabkan kecemasan dan depresi, tetapi juga memicu kurang tidur, yang bisa mengarah pada penyakit jantung dan strok, hingga risiko kematian dini.
Bagaimana mengatasinya? Ada beberapa cara yang disarankan pakar dan studi, termasuk mengobrol singkat dengan orang baru yang ditemui. Upaya itu disebut dapat membuat perbedaan bagi kesehatan mental. Misalnya, tersenyum dan menyapa orang lain saat memesan kopi di gerai minuman, di supermarket, atau ketika mengantre di bank.
Sebuah studi tahun 2014 oleh University of British Columbia di Kanada menemukan bahwa tersenyum, melakukan kontak mata, dan melakukan percakapan singkat itu menambah kebahagiaan dan rasa terlibat dengan sekitar.
Memiliki hewan peliharaan juga termasuk cara lain untuk melawan kesepian. Studi tahun 2019 oleh Florida State University menunjukkan bahwa merawat hewan peliharaan memberikan rasa persahabatan dan cinta tanpa syarat.
Sayangnya, bagi banyak orang, memiliki hewan peliharaan tidaklah praktis. Ada langkah lain yang jauh lebih sederhana untuk membantu mengurangi rasa kesepian, yakni melangkah ke luar rumah dan mulai berinteraksi dengan orang lain.
Profesor psikologi untuk pendidikan di University of Manchester, Pamela Qualter, menyarankan untuk memulainya dari lingkungan terdekat dari rumah, yakni tetangga. Perempuan yang ahli dalam analisis hubungan sosial itu mengatakan, melakukan tindakan kebaikan kecil untuk tetangga adalah cara yang sangat ampuh untuk mengurangi rasa kesepian.
Qualter pernah menggagas studi eksperimen, di mana peserta diminta melakukan tindakan baik untuk tetangga sepekan sekali, selama empat pekan berturut-turut. Misalnya, membantu membuangkan sampah tetangga atau sekadar tersenyum, menyapa, dan mengobrol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya itu mampu mengurangi perasaan kesepian diri maupun tetangga, juga meningkatkan rasa persatuan lingkungan. "Mengetahui bahwa tetangga Anda peduli dengan Anda benar-benar menyatukan komunitas," ujar Qualter.