Ahad 30 Jul 2023 10:59 WIB

Putin Tidak Tolak Berunding dengan Ukraina

Inisiatif dari negara Afrika dapat jadi dasar perdamaian di Ukraina.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan inisiatif dari negara-negara Afrika dapat menjadi dasar bagi perdamaian di Ukraina.
Foto: EPA-EFE/MIKHAIL TERESCHENKO / TASS HOST
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan inisiatif dari negara-negara Afrika dapat menjadi dasar bagi perdamaian di Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan inisiatif dari negara-negara Afrika dapat menjadi dasar bagi perdamaian di Ukraina. Namun, katanya, serangan-serangan Ukraina membuat hal ini sulit untuk direalisasikan.

Hal ini ia sampaikan dalam konferensi pers usai bertemu pemimpin-pemimpin negara Afrika di St Petersburg pada Jumat (28/7/2023). Dalam kesempatan itu Putin mendengar seruan negara Afrika agar Moskow melanjutkan rencana mereka.

Baca Juga

"Ada beberapa ketentuan dalam inisiatif perdamaian ini yang sedang dilaksanakan, namun, ada beberapa hal yang sulit atau bahkan tidak mungkin dilaksanakan," kata Putin, Sabtu (29/7/2023).

Pada Juni lalu negara Afrika menyerukan proses mediasi dapat dimulai dengan langkah-langkah membangun kepercayaan yang diikuti dengan perjanjian penghentian permusuhan yang disertai dengan negosiasi antara Rusia dan Barat. Putin mengatakan salah satu poin dalam inisiatif ini adalah gencatan senjata.

"Namun, tentara Ukraina sedang melakukan serangan, mereka menyerang, mereka melaksanakan operasi ofensif strategis berskala besar, kami tidak bisa melakukan gencatan senjata saat kami diserang," kata Putin.

Mengenai pertanyaan untuk memulai pembicaraan damai, ia mengatakan, "Kami tidak menolaknya, agar proses ini dapat dimulai, perlu ada kesepakatan dari kedua belah pihak," kata Putin.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menolak gagasan gencatan senjata yang akan membuat Rusia menguasai hampir seperlima wilayah negaranya dan memberikan waktu bagi pasukannya untuk berkumpul kembali setelah 17 bulan perang yang melelahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement