Selasa 01 Aug 2023 10:46 WIB

Polemik Ketua NU Tasikmalaya dari Umat Islam Primitif Hingga Gelar Mujaddid Panji Gumilang

Kiai Ate melontarkan pernyataan itu di Syukuran 77 Tahun Syekh Al Zaytun.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Agus Yulianto
Perwakilan PCNU Kota Tasikmalaya memberikan pernyataan sikap atas kehadiran Ketua PCNU sekaligus Ketua MUI Kota Tasikmalaya, KH Ate Mushodiq, dalam kegiatan Syukuran 77 Tahun Syaykh Al Zaitun, Senin (31/7/2023).
Foto: Dok PCNU Kota Tasikmalaya
Perwakilan PCNU Kota Tasikmalaya memberikan pernyataan sikap atas kehadiran Ketua PCNU sekaligus Ketua MUI Kota Tasikmalaya, KH Ate Mushodiq, dalam kegiatan Syukuran 77 Tahun Syaykh Al Zaitun, Senin (31/7/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kedatangan Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Tasikmalaya yang juga Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tasikmalaya, KH Ate Mushodiq, ke Ma'had Al Zaytun menghadiri Syukuran 77 Tahun Syekh Al Zaytun AS Panji Gumilang pada Ahad (30/07/2023), menuai polemik. Dalam acara itu, KH Ate secara terang-terangan bahwa dirinya memberikan gelar mujaddid (pembaru) kepada Panji Gumilang. 

Dalam kesempatan itu kiai Ate juga menyebut bahwa di Indonesia tidak ada Mujtahid dan Mursyid. Karena itu, dia pun menantang MUI untuk menunjukan mujtahid dan mursyid yang dapat melakukan pembaharuan dan perubahan. 

Kiai Ate melontarkan pernyataan-pernyataannya itu saat mendapatkan waktu berbicara di Syukuran 77 Tahun Syekh Al Zaytun yang bertempat di Masjid Ma'had Al Zaytun Indramayu. Acara tersebut juga disiarkan secara live melalui kanal YouTube Al-Zaytun Official. 

Ate diberikan waktu berbicara dengan kapasitasnya sebagai Ketua PCNU Kota Tasikmalaya, Ketua MUI Kita Tasikmalaya, Pimpinan Ponpes dan juga FKUB Kota Tasikmalaya.