REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA — Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tasikmalaya akan melakukan musyawarah menyikapi polemik kehadiran KH Ate Mushodiq pada acara Ma’had atau Pesantren Al-Zaytun. Kiai Ate Mushodiq, yang merupakan ketua MUI Kota Tasikmalaya, menghadiri kegiatan Syukuran 77 Tahun Syaykh Al-Zaytun pada Ahad (30/7/2023).
Sekretaris Umum MUI Kota Tasikmalaya KH Aminudin Bustomi mengatakan, MUI akan menggelar musyawarah pada Selasa (1/8/2023) ini untuk menyikapi kehadiran dan pernyataan Kiai Ate saat kegiatan Al-Zaytun.
Musyawarah itu disebut akan melibatkan dewan pembina, dewan pertimbangan, dan pimpinan harian MUI Kota Tasikmalaya, juga organisasi kemasyarakatan (ormas) dan perwakilan pesantren.
“Nanti sakantenan, diantos. (Nanti sekalian, ditunggu),” kata Kiai Aminudin, saat dihubungi Republika terkait rencana musyawarah itu pada Selasa siang.
Kiai Aminudin mengatakan, pihaknya sudah memberitahukan kepada Kiai Ate soal rencana musyawarah itu. Kiai Ate, yang juga ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Tasikmalaya, disebut sudah diundang untuk hadir. “Namun, kami belum pastikan langsung hadir atau tidak,” kata Kiai Aminudin.
Kiai Aminudin meminta masyarakat di Tasikmalaya tetap tenang menyikapi polemik terkait Kiai Ate. MUI Kota Tasikmalaya disebut akan menyikapi masalah itu. “Kami minta semua kondusif,” ujarnya.
Penjelasan Kiai Ate
KH Ate Mushodiq mengakui menghadiri kegiatan Syukuran 77 Tahun Syaykh Al-Zaytun pada Ahad (30/7/2023). Ia menyebut kehadirannya itu sebagai upaya tabayun kepada Al-Zaytun. “Saya mengingatkan kepada semua, baik pemerintah maupun MUI, bertabayun. Jangan terlalu cepat menyesatkan,” kata dia, saat dihubungi Republika, Selasa (1/8/2023).