REPUBLIKA.CO.ID, MINSK -- Pengerahan senjata nuklir taktis ke Belarusia merupakan respons yang tepat terhadap aksi militerisasi Eropa Timur yang sangat cepat, kata Presiden Belarusia Alexander Lukashenko dalam pesannya kepada para peserta Konferensi Keamanan Internasional ke-11 di Moskow, Selasa (15/8/2023).
"Dengan mengerahkan senjata nuklir taktis ke Belarusia, kami secara tepat menanggapi militerisasi yang cepat di Eropa Timur dan peningkatan aktivitas militer Amerika Serikat dan NATO," kata Lukashenko, seperti dikutip dari siaran persnya.
Namun, hal ini tidak membatalkan inisiatif perdamaian yang dipromosikan Minsk untuk memulai kembali dialog tentang isu-isu yang berkaitan dengan keamanan Eropa dan global.
Pemimpin Belarusia itu menekankan bahwa situasi internasional saat ini, sangat tegang dan tidak seperti sebelumnya. "Hukum internasional tentang kontrol senjata telah didiskreditkan," kata Lukashenko, menambahkan.
"Risiko-risiko semakin meningkat bahwa senjata pemusnah massal akan digunakan, terutama untuk provokasi yang melibatkan senjata nuklir dan biologis," katanya.
Kepala negara Belarusia itu melanjutkan dengan mengatakan bahwa perang informasi dan kejahatan siber telah menjadi jenis senjata baru, yang merusak sistem perdagangan internasional dan hubungan ekonomi.
"Bersama dengan para mitranya dan di dalam Negara Kesatuan Belarus-Rusia, Minsk telah melakukan segala upaya yang memungkinkan untuk memperkuat kerja sama dalam memerangi tantangan transnasional dan berbagai jenis ancaman," tegas Lukashenko.
Menurutnya, pertemuan yang melibatkan dialog multilateral tentang isu-isu prioritas keamanan global dan regional "memungkinkan para profesional untuk bertukar pandangan, menilai secara komprehensif perkembangan di seluruh dunia, dan menyelaraskan agenda dalam hal masalah-masalah utama yang terkait dengan menjaga perdamaian."