REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pesawat jet yang ditumpangi pemimpin tentara bayaran Wagner, Yevgeny Prigozhin jatuh pada Rabu (23/8/2023). Salah satu pendiri Wagner dan penggerak pemberontakan militer Dmitry Utkin juga dilaporkan termasuk di antara korban meninggal dalam kecelakaan tersebut.
Menurut laporan Stuff, sekutu Prigozhin mengklaim jet Embraer ditembak jatuh oleh pertahanan udara Rusia. Sumber keamanan Inggris mengatakan kepada The Telegraph, pesawat tersebut hampir pasti ditembak jatuh oleh badan intelijen dalam negeri Rusia FSB. Badan tersebut bertindak atas perintah Putin. “Tentu saja Putin,” kata salah satunya.
Mantan kepala MI6 Sir Richard Dearlove meyakini peristiwa yang menimpa Prigozhin akan dianggap sebagai sebuah kecelakaan dan akan ada unsur keraguan. Namun semua orang di Barat akan sampai pada kesimpulan yang sama bahwa ini adalah kesalahan Putin dari upaya balas dendam pada orang-orang yang menantang basis kekuatannya.
Sebuah sumber keamanan mengatakan kepada The Telegraph bahwa Prigozhin dibunuh atas perintah Putin. “Putin sebagai seorang pemimpin tidak boleh dipermalukan seperti yang dia alami. Putin berfungsi pada dua hal: Loyalitas di atas bakat... dan konsekuensi dari pengkhianatan," ujarnya.
Atase pertahanan Inggris di Moskow pada 2019-2022 John Foreman mengatakan, kecelakaan itu adalah balas dendam dari presiden Rusia. “Waktunya bukan suatu kebetulan. Sudah dua bulan sejak Prigozhin melancarkan serangan ke Moskow, pemberontakannya. Balas dendam Putin telah dilakukan pada Prigozhin," katanya.
Sedangkan penasihat presiden Ukraina Mykhailo Podolyak mengatakan, kematian Prigozhin dan komando Wagner dua bulan setelah upaya kudeta adalah sinyal dari Putin kepada elite Rusia menjelang pemilu 2024. "Hati-hati! Ketidaksetiaan sama dengan kematian," ujarnya.
Pada Juni, pria berusia 62 tahun secara langsung menantang otoritas Putin ketika memimpin serangan terhadap Moskow. “Kami adalah patriot tanah air… dan tidak ada yang akan menyerah pada tuntutan presiden, FSB, atau siapa pun," ujarnya kala itu.
Atas tindakan itu, bos Wagner ini dituduh melakukan pengkhianatan oleh Putin. Namun status pemberontakan itu dibatalkan setelah Presiden Belarusia Alexander Lukashenko menjadi perantara kesepakatan yang memberikan perlindungan bagi Prigozhin di negaranya.