REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) telah menyetujui kemungkinan penjualan peralatan militer senilai 500 juta dolar AS ke Taiwan. Langkah ini kemungkinan akan memicu ketegangan dengan Cina.
“Usulan penjualan peralatan dan dukungan ini tidak akan mengubah keseimbangan dasar militer di kawasan,” kata pernyataan Departemen Luar Negeri AS.
Penjualan tersebut akan dinegosiasikan dengan perusahaan pertahanan dan kedirgantaraan Lockheed Martin. Namun belum ada kesepakatan akhir. Rencana penjualan tersebut mencakup sistem pencarian dan pelacakan inframerah, dukungan amunisi, dan peralatan untuk program jet tempur F-16.
Beberapa jam sebelum pengumuman tersebut, Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen mengunjungi tugu peringatan di Pulau Kinmen, tempat pasukan Taiwan dan Cina bertempur pada Agustus 1958 selama Krisis Selat Taiwan Kedua. Tsai menegaskan kembali rencananya untuk memperkuat pertahanan Taiwan.
“Untuk menjaga perdamaian, kita perlu memperkuat diri kita sendiri. Oleh karena itu, kita perlu terus melakukan reformasi pertahanan nasional, mendorong kemandirian, memperkuat kemampuan dan ketahanan pertahanan kita," ujar Tsai, dilaporkan Aljazirah, Rabu (23/8/2023).
Namun, ambisi pertahanan tersebut berbenturan dengan sikap Cina terhadap Taiwan. Cina menganggap Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri sebagai bagian dari wilayah kedaulatannya. Cina telah mengisyaratkan bahwa mereka mungkin menggunakan kekuatan untuk membawa Taiwan ke bawah kendalinya.
Sementara itu, AS belum menjalin hubungan diplomatik formal dengan Taiwan sejak1979, ketika AS memilih untuk mengakui Cina. Pengakuan tersebut datang bersamaan dengan pengakuan atas kebijakan “Satu Cina” yang diusung Beijing, dan menegaskan klaim Cina atas Taiwan.
Washington belum mengambil sikap resmi mengenai kedaulatan Taiwan. Mereka terus menjalin hubungan informal dengan Taiwan termasuk melalui bantuan militer dan penjualan.
Bulan lalu, AS menyetujui bantuan militer senilai 345 juta dolar AS untuk Taiwan. Hal ini menandai pertama kalinya Presiden AS Joe Biden menggunakan wewenang penarikan presidennya untuk mentransfer pasokan militer dari Pentagon ke Taiwan, serupa dengan langkah yang telah dilakukan untuk Ukraina. Biden telah beberapa kali mengindikasikan bahwa AS akan membela Taiwan jika terjadi serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya”.
Ketegangan antara pemerintahan Biden dan pemerintahan Presiden Cina, Xi Jinping telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir, terutama ketika para pejabat terkemuka Taiwan melakukan transit ke AS.
Cina mengecam transit ini sebagai peluang bagi para pejabat Taiwan untuk bertemu dengan rekan-rekan mereka di AS. Namun AS menganggap transit tersebut sebagai transit rutin, dan memperingatkan Cina agar tidak bereaksi berlebihan.
Presiden Tsai transit di AS saat melakukan perjalanan ke Belize dan Guatemala awal tahun ini. Tsai bertemu dengan Ketua House of Representatives AS, Kevin McCarthy di Kalifornia dalam perjalanan pulang.
Sementara Wakil Presiden Taiwan, William Lai juga transit di AS awal bulan ini, dalam perjalanannya untuk menghadiri pelantikan presiden baru Paraguay. Kunjungan tersebut mendorong Cina untuk menempatkan militernya dalam siaga tinggi.