REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) bekerja sama dengan London School of Public Relations (LSPR) Jakarta menggelar pelatihan pendampingan pasien kanker payudara bersertifikat internasional TUV Rheinland. Sebanyak 40 peserta mengikuti pelatihan ini pada 25-27 Agustus 2023.
Kegiatan pelatihan yang diadakan di London School of Public Relations, Jakarta, dan merupakan agenda rutin tahunan YKPI. Ketua YKPI Linda Agum Gumelar mengatakan, setelah mengikuti pelatihan ini para pendamping diharapkan bisa memahami tentang materi deteksi dini kanker payudara.
"Namun pendamping itu bukan menggantikan peranan dokter atau tenaga medis terlatih. Semakin kita memiliki empati dan simpati kepada pasien kanker payudara, semakin kita mampu berkomunikasi yang baik dengan pasien kanker payudara maupun keluarganya. Mampu memahami kondisi psikologi pasien kanker payudara,” kata Linda.
Sejumlah materi pelatihan telah disiapkan dan dibawakan langsung oleh para ahli, di antaranya dr. Walta Gautama, Sp.B, Supsp, Onk (K), yang membawakan materi "Pengetahuan Dasar Kanker Payudara, Diagnosa dan Terapi". Ada juga ahli komunikasi Rizka Septiana yang membawakan materi "Membangun Hubungan dan Kemampuan Berkomunikasi". Lalu ada psikolog Cindy Utami, yang memberikan pelatihan "Dampak Emosional Akibat Kanker Payudara dan Sensitivitas Budaya" dan psikolog Nelly Hursepuny dengan materi "Teknik Konseling Pasien Kanker Payudara".
Salah satu upaya untuk membantu mendeteksi dini kanker payudara adalah membawanya ke dokter untuk didiagnosa. Juga mendorong pengobatan lanjutan bagi pasien kanker payudara dengan memanfaatkan tenaga pendamping terlatih dari keluarga, relawan, atau dari pihak tenaga kesehatan.
“Untuk itu, guna meningkatkan pengetahuan dan informasi, wawasan, keterampilan dan kompetensi para tenaga pendamping diperlukan Pelatihan Pendamping Pasien Kanker Payudara," ujar ketua penyelenggara Sri Danti Anwar melalui rilis dari Humas YKPI.
“Tujuannya untuk menambah pengetahuan para peserta yang akan menjadi pendamping pasien kanker payudara agar mengerti mengenai perjalanan penyakit yang dialami pasien, mulai pengobatan yang sedang/akan dijalani dan bukan untuk menggurui pasien atau menjadi pemecah persoalan yang dihadapi, akan tetapi ingin berbagi pengalaman,” tambahnya.
Menurutnya, pendamping perlu memiliki kemampuan untuk membangun hubungan dan mendukung pasien kanker payudara dalam mengatasi penyakit, berkemampuan dalam berkomunikasi dengan pasien, mengerti emosi dan perasaan pasien sehingga dapat berkomunikasi secara efektif soal dampak emosional kanker payudara, dapat memberikan pendapat strategis yang positif dalam mengatasi penyakitnya, mengerti segala sudut pandang kanker payudara, diagnosis, dan perawatan sampai proses rehabilitasi.