REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA — Pemuda berinisial FMN (26 tahun) ditemukan meninggal dunia di bawah jembatan Jalan Letnan Harun, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, pada Sabtu (9/9/2023) dini hari. Pada tubuh korban terdapat luka bacokan senjata tajam.
Sempat muncul dugaan pemuda tersebut merupakan korban pembegalan. Berdasarkan hasil penyelidikan lebih lanjut yang dilakukan jajaran Polres Tasikmalaya Kota, diduga korban mengalami penganiayaan lantaran masalah lain. Polisi lantas menangkap dua orang terkait kasus itu, berinisial RCK (24) dan AR (26).
Berdasarkan hasil pemeriksaan, Kepala Polres (Kapolres) Tasikmalaya Kota AKBP Sy Zainal Abidin menjelaskan, kasus penganiayaan tersebut berawal dari kejadian sekitar satu pekan lalu. Tersangka dan korban, yang tidak saling mengenal, berpapasan di sebuah SPBU. “Mereka saling pandang,” kata Kapolres, saat konferensi pers pengungkapan kasus, Rabu (20/9/2023).
Dari saling pandang itu, diduga muncul rasa dendam tersangka terhadap korban. Kapolres mengatakan, tersangka mencari informasi mengenai korban. Usai mendapatkan kontak korban, keduanya membuat janji untuk berduel.
Menurut Kapolres, para tersangka awalnya bergerak berbarengan sebanyak lima orang. Namun, hanya dua orang yang menuju ke lokasi yang disepakati. Sesampainya di tempat kejadian perkara (TKP), kata dia, tersangka RCK mengeluarkan celurit, yang panjangnya sekitar 70 sentimeter.
Melihat itu, korban dan temannya berupaya melarikan diri. Teman korban bisa kabur. Sementara korban sempat berupaya menghentikan tersangka. “Korban berupaya menghentikan tersangka dengan memeluk tersangka dari depan. Namun, tersangka berupaya melepaskan diri hingga akhirnya kedua orang terjatuh ke sungai di bawah jembatan,” kata Kapolres.
Kapolres mengatakan, tersangka membacok korban sebanyak lima kali. Sebelum terjatuh ke sungai di bawah jembatan, korban disebut sempat berteriak begal, sehingga warga sekitar berdatangan. Tersangka melarikan diri. Adapun korban ditemukan meninggal dunia.
Menurut Kapolres, polisi masih menyelidiki tersangka terkait dugaan anggota geng motor atau bukan. Namun, polisi menyoroti soal budaya kekerasan. “Tanpa ada motif. Karena saling tatap, bisa merencanakan penganiayaan. Ini jadi PR (pekerjaan rumah) kita semua,” kata Kapolres.