REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir bersama anaknya Magisha Afryea Thohir membagikan pesan kepada anak muda terutama perempuan untuk selalu dekat dengan keluarga untuk mengatasi kesehatan mental.
"Ini acara yang sangat positif, karena mayoritas penduduk kita anak muda sekarang dan banyak isu-isu juga mengenai situasi kejiwaan," kata Erick Thohir bersama Magisha usai menjadi pembicara dalam tajuk "Papaku Erick Thohir!" dalam rangkaian "The Girl Fest" Surabaya 2023, Ahad (24/9/2023).
Saat menjadi pembicara, bapak empat anak tersebut menceritakan kedekatan antara orang tua dan anak meskipun sering meninggalkan rumah untuk melaksanakan kewajibannya sebagai Menteri dan Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI).
"Asha itu independen dari kecil, sudah tahu harus apa dari dulu," kata Erick saat sesi talkshow.
Selain itu, suami dari Elizabeth Tjandra tersebut juga menerapkan batasan berbeda untuk mendisiplinkan anak perempuan dan laki-lakinya dalam hal pendidikan. "Saya jarang marah kepada anak perempuan. Kalau anak laki-laki saya kasih treatment berbeda untuk masalah pendidikan. Saya ingin pastikan anak saya punya pendidikan baik karena itu kunci masa depan," ucap dia.
Namun, lanjutnya, marahnya tanpa melakukan kekerasan fisik ataupun menggunakan kata kasar. "Saya lebih memilih anak-anak untuk menghadap ke tembok selama satu jam untuk di setrap," ujarnya.
Menurut dia, kedekatan antarkeluarga bisa dibangun kapanpun dan dimanapun. Karena keluarga hal yang penting untuk menguatkan hati, pikiran dan mental.
Erick menjelaskan, saat ini tingkat bunuh diri sedang naik karena kalau dilihat banyak generasi muda yang galau, entah karena sosialnya atau lingkungannya. "Pentinglah kita sebagai keluarga, bapak ataupun ibu harus berada dan mendekatkan diri dengan anak-anak kita supaya ketika mereka ada tekanan hal-hal sosial kita bisa bertukar pikiran, karena anak itu masa depan," katanya.
Oleh karena itu, di tengah kesibukan ayah dari Magisha Thohir tersebut selalu berusaha mendatangi anak-anaknya meskipun itu malam hari. "Saya berusaha di waktu-waktu saya, ketika pulang kantor sekitar jam 10 atau 11 malam, meskipun tidak enak juga ganggu anak, tapi saya coba datang ke kamar tidur mereka, paling tidak saya ada jika mereka ingin bertukar pikiran, karena masa depan saya itu keluarga," ujarnya.