REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dea (24 tahun), warga asli Bandung yang berdomisili di Jakarta mengaku antusias atas hadirnya Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) dengan ragam kelebihannya. Namun, KCJB dinilai memiliki kekurangan, yakni berupa minimnya stasiun pemberhentian.
Diketahui, ada empat stasiun pemberhentian KCJB, yakni Stasiun Halim, Karawang, Padalarang, dan Tegalalur. Tidak sampainya KCJB hingga ke Kota Bandung dinilai sebagai hal yang perlu dievaluasi pihak pengelola, Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC).
"Menurut saya, ini salah satu kekurangan KCJB, sebab stasiun pemberhentian yang masih minim," kata Dea kepada Republika, Senin (25/9/2023).
Dea juga menyayangkan kurangnya sistem integrasi transportasi publik di sekitar stasiun pemberhentian KCJB. Hal itu bisa menjadi pertimbangan calon penumpang untuk memilih menggunakan KCJB. "Sistem integrasi dengan transportasi publik juga kurang terutama di Stasiun Tegalalur. Sehingga perlu effort lebih buat bisa menjangkau ke pusat Kota Bandung," tutur dia.
Warga lainnya yang antusias dengan KCJB, Salim (80 tahun) juga menyoroti mengenai stasiun-stasiun pemberhentian KCJB. Menurutnya, alangkah lebih menarik jika KCJB menjangkau hingga Kota Bandung.
"Sebenarnya sih perlu sampai Kota Bandung, tetapi saya dengar kan disambung ya. Dari situ (stasiun pemberhentian) mau disambung kereta yang kecil kayak LRT (light rail transit)," tutur dia.
Salim berharap sistem terintegrasi itu bisa terealisasi. Sehingga para penumpang yang memilih menggunakan KCJB dari Jakarta ke Bandung tidak kerepotan untuk mobilitasnya dengan adanya kemudahan akses. Meski dia tetap mengharapkan KCJB bisa sampai ke Kota Bandung.