REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Utusan PBB Palestina Riyad Mansour menyebut ancaman Israel untuk melakukan pengepungan total di Gaza sebagai genosida atau pembunuhan. Sebab, pengepungan tersebut akan memutus pasokan makanan, air, listrik, dan bahan bakar.
"Dehumanisasi yang terang-terangan dan upaya untuk mengebom orang-orang agar tunduk, untuk menggunakan kelaparan sebagai metode perang, dan untuk memberantas keberadaan nasional mereka tidak kurang dari genosida," tulis utusan PBB Palestina Riyad Mansour dalam sebuah surat kepada Dewan Keamanan PBB pada hari Selasa, dilansir dari New Arab, Rabu (11/10/2023).
“Tindakan ini merupakan kejahatan perang," tulisnya.
Beberapa ahli juga menganggap langkah seperti itu sebagai pelanggaran hukum internasional dan merupakan kejahatan perang. Israel telah meluncurkan serangan terberatnya di kantong Gaza sejak Sabtu. Sedikitnya 1.055 orang Palestina gugur. Wilayah itu juga telah berada di bawah blokade Israel sejak 2007, sangat memperburuk tingkat kemiskinan dan membatasi akses ke obat-obatan dan peralatan medis sejak saat itu.
Setidaknya 1.200 orang Israel telah tewas akibat serangan mendadak Hamas pada Sabtu. Penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan mengatakan pada Selasa bahwa pemahamannya adalah konsep pengepungan bukanlah sesuatu yang sebenarnya akan dikejar oleh pemerintah Israel. Dia menambahkan AS sedang berbicara dengan pemerintah Israel tentang tindakan mereka.
Sullivan juga mengatakan Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Selasa membahas perbedaan antara melakukan pukulan penuh terhadap teroris Hamas dan bagaimana kita membedakan antara teroris dan warga sipil yang tidak bersalah.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan dia sangat tertekan dengan pengumuman Israel tentang pengepungan total di Gaza. "Situasi kemanusiaan di Gaza sangat mengerikan sebelum permusuhan ini, sekarang hanya akan memburuk secara eksponensial," kata Guterres.