Jumat 13 Oct 2023 14:01 WIB

Korban Diduga Keracunan Sate Jebred Bertambah, Masih Ada yang Dirawat

Dinkes Kabupaten Garut menyebut mayoritas korban mengalami diare.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Irfan Fitrat
Tim surveilans melakukan investigasi dan penyelidikan epidemiologi terkait kasus warga yang mengalami gejala keracunan pangan di Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Kamis (12/10/2023).
Foto: Dok Dinkes Kabupaten Garut
Tim surveilans melakukan investigasi dan penyelidikan epidemiologi terkait kasus warga yang mengalami gejala keracunan pangan di Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Kamis (12/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT — Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut, Jawa Barat, mengabarkan penambahan warga yang mengalami gejala keracunan diduga setelah mengonsumsi sate jebred atau satai kulit. Sejumlah korban dilaporkan masih menjalani perawatan.

Berdasarkan data Dinkes Kabupaten Garut hingga Kamis (12/10/2023), ada 54 warga yang mengalami gejala keracunan. Kepala Dinkes Kabupaten Garut Leli Yuliani mengatakan, korban berasal dari dua wilayah Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, dan Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya.

Baca Juga

Dari Kecamatan Cilawu, ada 42 orang yang diduga mengalami keracunan makanan. Dua di antaranya meninggal dunia. Sementara 38 orang sudah kembali ke rumah. “Dua orang masih dirawat,” kata dia, Jumat (13/10/2023).

Adapun dari Kecamatan Cigalontang, dari 12 warga yang dilaporkan mengalami gejala keracunan, satu orang meninggal dunia. Sementara sembilan orang sudah pulang dan dua warga lainnya masih dalam perawatan.

Ihwal korban meninggal dunia, Leli mengatakan, yang terkini berinisial R (35 tahun). Korban dikabarkan meninggal dunia pada Rabu (11/10/2023). Korban dilaporkan sempat mengonsumsi sate jebred pada Sabtu (7/10/2023), sekitar pukul 09.00 WIB.

Pada hari yang sama, sekitar pukul 20.00 WIB, korban merasakan mual dan merasakan tidak nyaman pada perutnya. “Keesokan harinya, sekitar pukul 08.00, klien mual, muntah, diare, menceret, dan lemas. Pada Senin pagi, pukul 03.00 WIB, klien merasakan keluhan semakin bertambah dan dibawa ke RS TNI Guntur,” kata Leli.

Namun, Leli mengatakan, kondisi pasien mengalami perburukan dan kemudian dinyatakan meninggal dunia Rabu lalu.

Menurut Leli, berdasarkan hasil asesmen, sebanyak 53 korban mengalami gejala diare. Selain itu, ada pula yang merasa mual, muntah, dan pusing. 

Leli mengatakan, tim surveilans masih melakukan penyelidikan mendalam untuk mengidentifikasi penyebab pasti dari gejala yang dialami puluhan warga itu. Ia mengimbau masyarakat yang mengalami gejala keracunan untuk segera mengakses fasilitas pelayanan terdekat agar bisa segera diperiksa.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement