Kamis 19 Oct 2023 05:55 WIB

Tak Hanya Penjajahan dan Genosida, Israel Juga Tempuh Siasat Ini untuk Kuasai Palestina

Israel juga tingkatkan kesuburan warganya untuk tambah populasi

Rep: Umar Mukhtar / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi bendera Israel. Israel juga tingkatkan kesuburan warganya untuk tambah populasi
Foto:

Tujuh negara Arab termasuk di antara 12 negara yang mencatat penurunan terbesar dalam tingkat kesuburan dunia antara akhir tahun 1970-an dan pertengahan tahun 2000-an. Hal ini juga terjadi di Iran, sehingga para ulama mendesak agar memiliki lebih banyak anak, karena angka kelahiran di sana turun dari 7,0 pada tahun 1984 menjadi 1,7.

Keadaan sebaliknya justru terjadi pada Israel. Angka kelahiran di kalangan Yahudi Israel terus bertambah. Meski angka kesuburan di kalangan Yahudi Israel menurun selama 1960 hingga 1990, dari 3,4 menjadi 2,6, angka kelahiran mereka kemudian meningkat, sehingga saat ini sebesar 3,1.

Sebagian besar alasan peningkatan ini disebabkan oleh berlipat gandanya jumlah penganut agama Yahudi (Haredim) di Israel. Tingkat kesuburan mereka adalah 6,6, lebih dari dua kali lipat tingkat kesuburan di kalangan Yahudi di Israel, dan tiga kali lipat tingkat kesuburan di kalangan Yahudi sekuler.

Ben David, seorang ekonom di Universitas Tel Aviv dan Shoresh Institute, mengemukakan bahwa inilah alasan mengapa persentase Haredim di antara populasi Israel meningkat hampir dua kali lipat setiap generasinya.

photo
Tiga Front Perlawanan Palestina - (Republika)

Meski Haredim hanya mewakili 13 persen dari populasi, keturunan mereka mencapai 19 persen dari populasi anak-anak Israel di bawah usia 14 tahun, dan 24 persen anak-anak di bawah usia 4 tahun.

Badan Statistik Israel memperkirakan bahwa jika keadaan terus berlanjut seperti saat ini, setengah dari anak-anak Israel pada tahun 2065 akan menjadi keturunan Haredim.

Ben David menilai, data tersebut tentu memuaskan para rabi dan nasionalis Yahudi. Namun menurutnya, konsekuensi dari hal ini akan mengubah sifat Israel dan mengancam perekonomiannya.

Kebanyakan orang Yahudi ultra-Ortodoks menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah agama untuk mempelajari Taurat, daripada mengajari mereka sains, matematika, dan bidang lain yang diperlukan untuk mendapatkan pekerjaan di perekonomian Israel yang didominasi teknologi.

Baca juga: Daftar Produk-Produk Israel yang Diserukan untuk Diboikot, Cek Listnya Berikut Ini

Faktanya, kurang dari separuh laki-laki Haredim bergabung dengan angkatan kerja di negara tersebut. Kebanyakan dari mereka terus mempelajari teks-teks kuno bahkan setelah dewasa, dan istri mereka sering kali mendukung mereka atau menerima bantuan negara.

Ada alasan lain atas tingginya angka kelahiran di kalangan Haredim, yang merupakan orang Yahudi ultra-Ortodoks. Mereka cenderung menikah dini dan mempunyai anak di usia muda. Karena sekte ultra-Ortodoks melakukan segala upaya untuk mengisolasi diri dari pengaruh luar.

Adapun bagi orang Yahudi sekuler Israel, sulit untuk menjelaskan mengapa mereka memiliki lebih banyak anak. Apalagi cuti kerja berbayar bagi orang tua Israel ketika memiliki anak, itu tidaklah murah. Belum lagi biaya penitipan anak yang tidak lebih murah dibandingkan rekan-rekan mereka di negara-negara kaya lainnya.

Alasan yang mendasarinya besar kemungkinan karena pemerintah mendesak masyarakat untuk memiliki lebih banyak anak. Di antaranya, dengan memberikan kontribusi untuk membantu mereka menemukan pengobatan kesuburan, dan memberikan dukungan fertilisasi in vitro (bayi tabung) dengan biaya sekitar 150 juta dolar AS (sekitar Rp 2,3 triliun) per tahun.

 

 

Sumber: arabicpost

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

  • 1 kali
  • 2 kali
  • 3 kali
  • 4 kali
  • Lebih dari 5 kali
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement