REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Turki mengumumkan tiga hari berkabung nasional untuk menghormati mereka yang gugur dalam serangan baru-baru ini di Gaza. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan pada Rabu (18/10/2023), masa berkabung nasional dinyatakan sebagai bentuk penghormatan.
"Persyaratan penghormatan kita terhadap ribuan martir, yang sebagian besar adalah anak-anak dan warga sipil yang tidak bersalah,” kata Erdogan pada media sosial X dikutip dari Anadolu Agency.
“Sebagai orang Turki, kami merasakan penderitaan besar saudara-saudari Palestina di hati kami,” kata Erdogan menambahkan.
Sebelum Turki, Mesir telah mengumumkan tiga hari berkabung nasional bagi para korban serangan udara Israel terhadap sebuah rumah sakit di Gaza. Kekejaman itu lanjutan dari krisis kemanusiaan yang parah di wilayah kantong tersebut usai tidak adanya listrik, sementara air, makanan, bahan bakar, dan pasokan medis hampir habis.
Kementerian Kesehatan Gaza pada Rabu, sekitar 471 orang tewas dan 342 lainnya terluka dalam serangan udara Israel di Rumah Sakit Al-Ahli Baptist di Gaza pada Selasa (17/10/2023) malam. Namun Israel membantah bertanggung jawab atas serangan udara tersebut.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera untuk meringankan penderitaan besar umat manusia. Setidaknya 3.478 warga Palestina sejauh ini telah terbunuh, sementara angkanya mencapai lebih dari 1.400 orang di Israel.
Saat ini telah disepakati aliran kemanusia dapat melintasi perbatasan. Mesir setuju untuk membuka kembali perbatasannya dengan Jalur Gaza untuk memungkinkan bantuan menjangkau warga Palestina.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyatakan, Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi setuju untuk membuka penyeberangan Rafah dari Mesir ke Gaza. Pembukaan penyebaran ini memungkinkan sekitar 20 truk yang membawa bantuan kemanusiaan masuk ke wilayah kantong tersebut.
Tapi, Mesir sebelumnya menyatakan, penyeberangan Rafah tidak ditutup secara teknis tetapi tidak dapat dioperasikan karena serangan Israel. Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan dalam sebuah pernyataan pada Rabu, kan mengizinkan bantuan kemanusiaan dari Mesir untuk disalurkan ke warga sipil di Jalur Gaza selatan.
Meskipun perjanjian tersebut merupakan sebuah terobosan, aliran bantuan masih belum memenuhi kebutuhan. Kepala bantuan PBB Martin Griffiths mengatakan kepada Dewan Keamanan pada Rabu, bahwa organisasi tersebut berupaya untuk mengembalikan pengiriman bantuan ke Gaza menjadi 100 truk sehari, jumlah yang sama sebelum perang Israel-Hamas.