REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG--Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang bekerjasama dengan Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Jawa Tengah menggelar ‘Expo Kemandirian Pesantren’.
Kegiatan yang berlangsung mulai Kamis (19/10) ini hingga Sabtu (21/10) lusa, di gedung Juber Al Jaelani, kompleks Planetarium UIN Walisongo Semarang ini dilaksanakan untuk memeriahkan peringatan Hari Santri Nasional (HSN) tahun 2023.
Kepala Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kantor Kemenag Provinsi Jawa Tengah, H Muhtasit SAg mengungkapkan, mewujudkan kemandirian pesantren merupakan salah satu dari tujuh program prioritas Kemenag RI.
Program ini diimplementasikan oleh Kemenag RI melalui pemberikan bantuan inkubasi guna mendorong kemandirian pesantren untuk 5.059 pesantren yang ada di berbagai daerah di seluruh Tanah Air.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 339 pondok pesantren di antaranya berada di wilayah Provinsi Jawa Tengah. “Melalui bantuan dan pendampingan dari Kemenag RI pondok pesantren diharapkan bisa mandiri,” ungkapnya, pada acara pembukaan ‘Expo Kemandirian Pesantren’.
Kegiatan Eexpo kemandirian pesanten ini, lanjut Muhtasit, juga dilaksanakan secara serentak dan ini merupakan tahun pertama. Salah satunya yang dialaksanakan di kampus UIN Walisongo Semarang ini.
“Harapan kami, di tahun depan (2024) mendatang, kegiatan expo ini bisa dilaksanakan kembali dan tidak hanya melibatkan kalangan pesantren, tetapi juga melibatkan UMKM yang ada di sekitar kampus UIN Walisongo ini,” jelasnya.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, UIN Walisongo, Dr Achmad Arief Budiman MAg menambahkan, expo yang dilaksanakan ini merepresentasikan kiprah pesantren yang sudah melakukan banyak hal untuk negeri ini.
Sehingga ‘pesan’ pembangunan pesantren untuk negeri sudah tidak diragukan lagi. Model pendidikan pesanten di Indonesia sekarang ini adalah model yang terbaik.
Di pesantren tidak hanya ‘taklim’, tetapi juga ‘takdim’, membangun karakter sekaligus membangun kemandirian. “Pesantren tidak hanya berdakwah tapi juga pemberdayaan ekonomi dan kemandirian masyarakat,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Acara Expo Kemandirian Pesantren, H Mokh Syaroni MAg menjelaskan, expo ini diikuti oleh 38 pondok pesantren yang ada di Kabupaten Demak, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Kendal dan Kabupaten Wonosobo serta Kota Semarang.
Expo ini menampilkan berbagai macam produk dan karya asli warga pesantren, salah satunya adalah Pondok Pesantren Al Falah Wonosalam, Kabupaten Demak yang memamerkan usahanya Hidroponik sayur dan buah.
Pondok Pesantren Darussalam, Mijen, Kabupaten Demak dengan Produknya “Kondang” yaitu kompos kandang. Selain itu ada Cafe Kopi milik Pesantren Cahaya Insani yang membuat produk KEIB, kopi yang sudah di export di negara Mesir, Iran, Arab, Korea, Turki dan Jepang.
Ada juga Pesantren Raudhah Al Asyariyyah, Kalibeber, Kabupaten Wonosobo yang menampilkan produk berupa aneka olahan carica, teh tambi dan makanan khas Wonosobo lainnya.
Serta masih banyak pondok pesantren yang menampilkan produk unggulan kemandiriannya. “Melalui expo ini menunjukan bahwa pondok pesantren bisa mandiri dan berkontribusi dalam pengembangan serta peningkatan ekonomi bangsa,” jelasnya.
Guna menyemarakkan kegiatan ini, lanjut Syaroni, juga digelar Pameran Foto dan Dokumentasi Komite Hijaz, tentang Perjalanan KH Wahab Hasbullah dan Syekh Ghanaim Al-Amir sebagai utusan Nahdlatul Ulama yang bertemu Raja Ibnu Saud, padatahun 1928 Masehi di Gedung Walisongo Center.
“Selain itu juga dilaksanakan pameran manuskrip dan Bedah Naskah KH Soleh Darat, yang dilaksanakan di gedung Walisongo Center,” ungkapnya.