Kamis 26 Oct 2023 12:11 WIB

Dewan Sydney Kibarkan Bendera Palestina, Serukan Gencatan Senjata

Palestina akan terus mempertahankan kawasannya.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Erdy Nasrul
Anak-anak membawa bendera Palestina.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Anak-anak membawa bendera Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Dewan lokal di Sydney, dengan suara bulat, memutuskan untuk mengibarkan bendera Palestina bersamaan dengan bendera negara Australia. Upaya ini dilakukan untuk mendukung anak-anak Gaza dan menyerukan gencatan senjata segera.

Berdasarkan laporan media lokal, bendera tersebut dikibarkan di luar ruangan Dewan Bankstown, di barat Sydney pada Rabu (25/10/2023) sore. Anggota Dewan Canterbury-Bankstown Khodr Saleh membuat pengumuman tersebut di Facebook, sembari membagikan berkibarnya foto bendera tersebut.

Baca Juga

“Bendera Palestina sekarang berkibar tinggi di luar Dewan Dewan di Taman Paul Keating Bankstown. Ini untuk anak-anak Gaza. Gencatan senjata sekarang. Bebaskan Palestina,” tulis Cllr Saleh Saleh dikutip di About Islam Kamis (26/10/2023).

Langkah ini dilakukan setelah seorang Anggota Dewan Buruh ini mengajukan mosi pada Selasa malam di Dewan Canterbury-Bankstown. Ia diketahui menyerukan agar bendera Palestina dikibarkan.

Dalam kolom komentar unggahan tersebut, terlihat banyak orang memuji langkah yang ia lakukan. “Terima kasih Cr Khodr karena telah memvalidasi perasaan warga yang Anda wakili di Canterbury-Bankstown saat kami berduka atas hilangnya nyawa tak berdosa. Bebaskan Palestina,” tulis salah satu pengguna.

Sejak 7 Oktober, Israel telah melancarkan ribuan serangan udara di Jalur Gaza. Meningkatnya konflik ini mengakibatkan lebih dari 5.791 warga sipil meninggal dunia.

Berdasarkan laporan yang ada dari Kementerian Kesehatan Palestina, jumlah warga sipil yang tewas termasuk lebih dari 1.400 anak-anak dan lebih dari 800 perempuan. Sekitar 1.550 orang, termasuk 870 anak-anak, dilaporkan hilang dan mungkin masih berada di bawah reruntuhan.

Dalam laporannya, PBB menyebut Gaza sudah membutuhkan bantuan internasional senilai miliaran dolar. Hal ini merupakan kompensasi atas blokade Israel selama bertahun-tahun sebelum perang Israel-Hamas pecah.

Dalam laporannya mengenai perkembangan ekonomi wilayah pendudukan Palestina untuk 2022 yang dirilis Rabu (25/10/2023) kemarin, Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) mengatakan Gaza telah mengalami pembatasan selama bertahun-tahun, sebelum perang Israel-Hamas meletus pada 7 Oktober.

"Para donor dan komunitas internasional perlu memberikan bantuan ekonomi yang signifikan untuk memperbaiki kerusakan parah yang dialami Gaza akibat pembatasan dan penutupan yang berkepanjangan, serta seringnya operasi militer, yang telah menghambat perekonomian dan menghancurkan infrastruktur,” berikut isi laporan UNCTAD, dilansir Aljazirah.

Meskipun bantuan donor penting untuk membantu masyarakat Gaza, bantuan tersebut tidak boleh dilihat sebagai pengganti untuk mengakhiri pembatasan dan penutupan. UNCTAD juga menyerukan Israel dan semua pihak untuk memikul tanggung jawab mereka, berdasarkan hukum internasional.

Direktur Divisi Globalisasi dan Strategi Pembangunan UNCTAD, Richard Kozul-Wright, mengatakan, sulit untuk memperkirakan berapa banyak bantuan yang dibutuhkan Gaza hingga perang berhenti. Dia memperkirakan jumlahnya mencapai miliaran dolar. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement