REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian besar analis berpendapat bahwa Twitter tidak bernilai 44 miliar dolar AS (kini setara dengan Rp 697,4 triliun) ketika Elon Musk membelinya setahun yang lalu. Sekarang, pengusaha tersebut menyampaikan sendiri bahwa nilai dari Twitter kurang dari itu, bahkan tidak sampai setengah dari yang dahulu dia bayarkan.
Dikutip dari laman The Verge, Rabu (1/11/2023), setahun setelah membeli Twitter, Musk berpendapat bahwa perusahaan tersebut bernilai 19 miliar dolar AS (Rp 301,15 triliun). Artinya, turun 55 persen dari angka bombastis yang dibayar saat dia mengakuisisi Twitter.
Penilaian ekuitas perusahaan sebesar 19 miliar dolar AS atau 45 dolar AS (Rp 713 ribu) per saham. Menurut sebuah dokumen internal X yang dirilis pada Senin (30/10/2023), nilai pasar wajar per saham ditentukan oleh Dewan Direksi berdasarkan sejumlah faktor sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
Sejak mengambil alih Twitter, Musk mengatakan bahwa dia ingin mencontoh rencana kompensasi perusahaan seperti SpaceX. Meski SpaceX merupakan perusahaan swasta, tetapi memungkinkan karyawannya secara teratur mencairkan sebagian saham kepada investor luar.
Jenis ekuitas yang diberikan X kepada karyawan disebut unit saham terbatas atau RSU. RSU diperoleh selama jangka waktu empat tahun sejak tanggal pemberiannya dan memerlukan “peristiwa likuiditas”, seperti IPO atau penjualan perusahaan, untuk dikenakan pajak sebagai pendapatan, jelas dokumen internal.
Hingga penilaian itu dirilis, karyawan di X bekerja tanpa mengetahui nilai perusahaan tersebut sejak Musk membelinya. Informasi terbaru soal harga saham ini akhirnya menjawab pertanyaan tersebut, meskipun tampaknya penilaian Musk mungkin masih terlalu besar.
Sebab, salah satu investor besar X, Fidelity, berpendapat perusahaan tersebut bernilai 65 persen lebih rendah dibandingkan saat dibeli oleh Musk. Secara popularitas pun, platform media sosial X dianggap mengalami penurunan, tak lain karena sejumlah kebijakan Musk yang dianggap rumit dan merugikan.