REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Serangan agresif yang dilancarkan oleh pasukan Israel dan pembatasan pergerakan di Jalur Gaza telah mengakibatkan penderitaan dan situasi mencekam yang luar biasa bagi perempuan hamil. Sebagian besar perempuan hamil di Gaza kehilangan persyaratan dasar dan perlindungan kesehatan ibu.
"Mengerikan, kami terjebak dengan jiwa-jiwa tak berdosa di dalam diri kami, tidak tahu nasib kami," kata Noor Odeh, seorang ibu di Gaza yang hamil tujuh bulan tentang teror ditangkap di Gaza, dilansir The New Arab, Selasa (1/11/2023).
Noor pindah dari rumahnya di Gaza Utara ke Khan Younis, sebuah kota di Jalur Gaza selatan. "Saya kelelahan, secara mental dan fisik, dan khawatir dengan bayi saya yang belum lahir," tuturnya.
Dia meninggalkan rumahnya di Utara dan pindah ke Selatan seperti yang diinstruksikan. "Namun, kami masih hidup dalam ketakutan setiap hari dengan semakin intensifnya pengeboman dari Israel. Semua ini mencerminkan kehamilan dan bayi saya," kata Noor menambahkan.
Israel beberapa hari lalu memerintahkan penduduk Jalur Gaza utara, termasuk penduduk kota itu, untuk pindah ke wilayah selatan guna menjamin keselamatan mereka selama operasi militer melawan Hamas. Kementerian Kesehatan Jalur Gaza mengatakan jumlah korban meninggal akibat pengeboman tanpa henti Israel telah mencapai 8.525 orang, termasuk 3.542 anak-anak dan 2.187 wanita.
Selain itu, jumlah anak-anak...