Rabu 01 Nov 2023 17:06 WIB

Wanita di Gaza Terpaksa Pakai Pil Penunda Menstruasi di Tengah Perang

Banyak perempuan Palestina yang terpaksa meminum pil penunda menstruasi.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Seorang wanita Palestina berjalan di jalan yang rusak di kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat, Rabu, (5/7/2023).
Foto: AP/Majdi Mohammed
Seorang wanita Palestina berjalan di jalan yang rusak di kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat, Rabu, (5/7/2023).

REPUBLIKA.CO.ID,GAZA -- Banyak perempuan Palestina yang terpaksa meminum pil penunda menstruasi karena kondisi yang tidak memungkinkan. Mereka tidak memiliki privasi dan juga air akibat serangan Israel yang terus berlanjut di Gaza, Palestina. 

Di tengah perang, mereka tinggal di pengungsian yang terlalu padat serta tidak memiliki akses terhadap air dan produk kebersihan menstruasi seperti pembalut wanita dan tampon. Akhirnya, para perempuan Gaza pun mengonsumsi tablet norethisterone, yang biasanya diresepkan untuk kondisi seperti perdarahan menstruasi yang parah, endometriosis, dan nyeri haid. 

Baca Juga

Seorang konsultan medis kebidanan dan ginekologi di Nasser Medical Complex di selatan kota Khan Younis, dr Walid Abu Hatab menjelaskan, tablet tersebut menjaga kadar hormon progesteron tetap tinggi untuk menghentikan rahim melepaskan lapisannya, sehingga menunda menstruasi.

Menurut ahli medis, pil tersebut mungkin memiliki efek samping seperti pendarahan vagina yang tidak teratur, mual, perubahan siklus menstruasi, pusing dan perubahan suasana hati. Namun, beberapa perempuan Gaza seperti Salma Khaled mengatakan mereka tidak punya pilihan selain mengambil risiko di tengah gencarnya pemboman dan blokade Gaza yang dilakukan Israel.