REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO – Sebanyak 110 warga asing telah dievakuasi dari Jalur Gaza pada Rabu (1/11/2023). Mereka keluar melalui gerbang penyeberangan Rafah yang menghubungkan Gaza dengan Mesir. Saat ini Rafah merupakan satu-satunya pintu untuk masuk dan keluar Gaza.
“Sekitar 110 pemegang paspor asing meninggalkan Jalur Gaza,” ujar direktur media penyeberangan perbatasan Rafah, Wael Abu Mohsen, saat diwawancara Anadolu Agency.
The first group of people have been allowed out of Gaza since Israel’s war and siege began, crossing at the Rafah checkpoint with Egypt.
Here's what you need to know ⤵️ pic.twitter.com/AzJOEGOwPd
— Al Jazeera English (@AJEnglish) November 1, 2023
Abu Mohsen mengungkapkan, selain warga asing, sebanyak 17 ambulans yang mengangkut warga Palestina yang terluka akibat serangan Israel juga keluar dari Gaza melalui Rafah. Sebanyak 20 truk pengangkut bantuan kemanusiaan turut memasuki Gaza pada Rabu lalu.
Selama sepekan terakhir, total truk pengangkut bantuan yang telah memasuki Gaza mencapai 237. Jumlah itu terbilang masih sangat kecil. Sebab, jika tidak ada pertempuran, terdapat sekitar 400 truk pengangkut berbagai macam barang kebutuhan yang memasuki Gaza setiap harinya.
Indonesia Upayakan Evakuasi WNI dari Gaza
Sebanyak 110 warga asing sudah berhasil meninggalkan Gaza melalui gerbang penyeberangan Rafah pada Rabu lalu. Itu merupakan pertama kalinya terdapat lalu lintas manusia melalui Rafah sejak Israel mulai membombardir Gaza pada 7 Oktober 2023.
Dalam pengarahan pers Rabu lalu, Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mengungkapkan, saat ini pemerintah sedang berusaha mengevakuasi para WNI yang ada di Gaza. “Hari ini sejak dini hari, kita terus melakukan kontak di lapangan untuk mencoba melakukan evakuasi. Tentunya informasi ini kita sampaikan setelah kita melakukan kontak dengan banyak sekali pihak. Kemungkinan evakuasi akan dapat dilakukan hari ini,” ucapnya.
Retno mengingatkan tentang adanya kata “kemungkinan” dalam pernyataannya. Menurutnya kata tersebut perlu digarisbawahi karena situasi di lapangan tidak pernah bisa diduga. “Untuk mempersiapkan kemungkinan evakuasi, maka kita sudah gerakkan tim kita dari Kairo menuju Rafah, karena sekali lagi satu-satunya pintu keluar yang tersedia adalah Rafah,” kata Menlu.
Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri RI Judha Nugraha mengungkapkan, saat ini terdapat 10 WNI di Jalur Gaza. Namun dari kesepuluh WNI tersebut, yang bersedia dievakuasi hanya tujuh orang. Tiga lainnya memilih tinggal di Gaza karena mereka merupakan relawan Medical Emergency Rescue Committee (MERC), yakni organisasi sosial kemanusiaan asal Indonesia.
“Ketiga WNI itu memang memilih tetap tinggal untuk menjalankan tugas kemanusiaan di Rumah Sakit Indonesia (di Gaza) dan kita hargai pilihan tersebut,” kata Judha dalam pengarahan pers bersama Menlu Retno pada Rabu lalu.
Dia menjelaskan, sesuai UU Nomor 37 tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri, tugas negara adalah menyelamatkan WNI dari zona berbahaya ke lokasi yang aman. Namun prosesnya harus dilakukan secara sukarela. “Kami tidak bisa memaksa. Negara bertugas menyiapkan dan menyediakan fasilitas (evakuasi) tersebut, tapi pilihan kembali ke pribadi masing-masing WNI,” ucap Judha.
Saat ini Israel masih terus membombardir Gaza dengan serangan udara. Israel juga sudah meluncurkan operasi pertempuran darat sejak akhir pekan lalu. Sejauh ini, jumlah warga Gaza yang terbunuh sejak dimulainya agresi Israel pada 7 Oktober 2023 lalu telah mencapai lebih dari 8.700 jiwa. Sementara korban luka melampaui 21 ribu orang.