REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Menteri Kesehatan Palestina Dr Mai Al-Kaila mengecam komunitas internasional karena gagal melindungi rumah sakit di Gaza dari aksi pengeboman Israel. Sejak Jumat (10/11/2023) malam pasukan Israel mengepung tiga rumah sakit di Gaza utara, tempat para warga sipil dan jurnalis yang mengungsi berlindung.
“Apa yang terjadi sekarang terhadap rumah sakit adalah keputusan untuk membunuh mereka yang berada di dalamnya, karena para korban luka sekarat karena kehabisan bahan bakar dan peralatan medis,” kata Kaila kepada wartawan seperti dilansir Middle East Eye, Sabtu (11/11/2023).
Al-Kaila menuturkan, para ahli bedah melakukan operasi tanpa anestesi. "Tidak ada lampu listrik yang menyala di ponsel mereka untuk melakukan tindakan operasi di malam hari," ujarnya.
Lebih lanjut ia menuturkan, bencana yang terjadi di Gaza saat ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Palestina dan internasional. “Rumah sakit kami dikepung dan dibom, dan pasien, staf medis, serta pengungsi di sana dibunuh di hadapan seluruh dunia.”
Sementara itu Direktur Kawasan Timur Dekat dan Timur Tengah Komite Palang Merah Internasional (ICRC) Fabrizio Carboni mengatakan informasi yang beredar mengenai kondisi di rumah sakit Al-Shifa sangat menyedihkan.
Dalam postingan singkat di platfrom media sosial X, Carboni mengatakan situasi yang terjadi di rumah sakit Al-Shifa harus dihentikan. "Ribuan orang yang terluka, pengungsi dan staf medis berada dalam kondisi yang berisiko," ujarnya.