REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Berulang kali Zionis Israel menggempur Gaza. Israel melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas yang dilakukan pejuang Hamas pada 7 Oktober 2023.
Serangan tersebut telah menewaskan lebih dari 11.100 warga Palestina dan meninggalkan jejak kehancuran besar-besaran di seluruh wilayah yang diblokade, menurut pihak berwenang Palestina di daerah kantong tersebut. Israel memperkirakan jumlah korban jiwa di pihaknya hampir 1.200 orang.
Total 22 rumah sakit di Jalur Gaza telah berhenti beroperasi akibat "agresi" Israel, kata kantor media pemerintah di daerah kantong Palestina yang terkepung itu pada Ahad (12/11/2023).
"Akibat serangan yang sengaja menargetkan rumah sakit, khususnya karena ancaman terhadap tenaga medis, total 22 rumah sakit dan 49 pusat kesehatan terpaksa berhenti beroperasi akibat agresi Israel. Selain itu, (pasukan) pendudukan juga menyasar 53 kendaraan ambulans," kata kantor itu.
Mereka mengatakan jumlah warga Palestina yang gugur sudah mencapai 11.180, termasuk 4.609 anak-anak dan 3.100 perempuan. Sementara, jumlah korban luka-luka mencapai 28.200, dengan 70 persen di antaranya anak-anak dan perempuan.
Sekitar 70 masjid hancur total, 153 lainnya rusak sebagian, dan tiga gereja menjadi sasaran serangan Israel, kata kantor media pemerintah.
Mengapa Zionis Israel terus menggempur Gaza? Harian Republika, pada 2014 lalu pernah berbincang dengan pakar Timur Tengah, Dr Abdul Mutaali, saat itu menjabat sebagai Direktur Pusat Kajian Timur Tengah Universitas Indonesia.
Dalam perbincangan tersebut, sosok yang saat ini dipercaya sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan di KBRI Kairo ini menjabarkan alasan mengapa Gaza sangat strategis. Berikut kutipan wawancaranya wartawan Repubika, Amri Amrullah:
Bagaimana posisi Gaza sebagai kota strategis sepanjang sejarah?
Gaza merupakan kota kuno dalam peradaban dunia, khususnya bagi sejarah agama-agama samawi (Yahudi, Nasrani, dan Islam). Gaza dan wilayah Yordania pada zaman dahulu merupakan bagian dari wilayah yang disebut dengan Syam. Dari wilayah Syam ini, semua kitab suci agama samawi menjelaskan peranan pentingnya sejak masa nabi-nabi terdahulu hingga masa Nabi Muhammad SAW.
Kelompok ahli kitab, umat Yahudi dan Nasrani, memiliki nubuat tersendiri bagi tanah Syam ini. Mulai dari tanah perjanjian bagi umat Yahudi, wilayah yang mengisahkan masa kecil Nabi Isa AS bagi umat Nasrani, dan wilayah yang dijanjikan Rasulullah SAW sebagai benteng terakhir perlindungan umat Islam di akhir zaman.
Baca juga: Zionis Israel akan Hancur Binasa 3 Tahun Lagi? Prediksi Syekh Ahmad Yasin Kembali Viral
Dari sisi geografis, wilayah Gaza merupakan pintu perbatasan Palestina di wilayah Gaza ke Mesir. Selain itu, Gaza merupakan bagian dari sebagian besar wilayah subur di Tanah Palestina yang saat ini telah dicaplok Israel.
Dari sisi geopolitik, Gaza merupakan pertahanan terakhir kelompok perjuangan Hamas yang tidak ingin bernegosiasi bagi pembagian wilayah Palestina, kecuali mengacu pada wilayah Palestina di perjanjian 1946. Walapun ada Ramallah yang dikuasai Fatah yang masih menoleransi negosiasi pembagian wilayah bagi dua negara.
Dari sisi geostabilitas, wilayah Gaza....