Jumat 17 Nov 2023 18:06 WIB

Menko PMK: Wisata Halal Harus Inklusif

Muhadjir menjelaskan sektor pariwisata merupakan bagian dari energi hijau.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Fernan Rahadi
Pembukaan Musyawarah Nasional Jaringan Wisata Muhammadiyah (JWM) di SM Tower and Convention, Jumat (17/11/2023) yang dihadiri oleh Menko PMK Muhadjir Effendy.
Foto: Republika/Idealisa Masyrafina
Pembukaan Musyawarah Nasional Jaringan Wisata Muhammadiyah (JWM) di SM Tower and Convention, Jumat (17/11/2023) yang dihadiri oleh Menko PMK Muhadjir Effendy.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mendorong agar Jaringan Wisata Muhammadiyah (JWM) dapat mendorong wisata halal lebih inklusif. Salah satunya dengan mengajak kaum muda mengembangkan sektor pariwisata.

Hal ini disampaikan Muhadjir dalam pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) JWM 2023 di SM Tower and Convention, Kota Yogyakarta, Jumat (17/11/2023).

Baca Juga

Muhadjir menjelaskan, sektor pariwisata merupakan bagian dari energi hijau karena bisnis jasa adalah bisnis yang bersih. Akan tetapi, bisnis pariwisata adalah bisnis yang sangat disruptif sehingga perlu pembaruan yang kreatif dan inovatif.

Dalam pengembangan sektor pariwisata, lanjut Muhadjir, tidak perlu membuat obyek wisata baru, tapi dapat merekonstruksi obyek wisata yang sudah ada. Ia mencontohkan, Kampung Kauman yang menjadi bukti sejarah berdirinya Muhammadiyah.

Kendati begitu, pengembangan wisata halal oleh JWM diharapkan dapat lebih inklusif dan tidak sebatas hanya di Muhammadiyah saja. "Terutama nanti mengembangkan industri wisata Muhammadiyah, harus inklusif, karena kan gak mungkin wisatanya hanya untuk Muhammadiyah," tuturnya.

Perwakilan dari Majelis Ekonomi, Bisnis dan Pariwisata (MEBP) Muhammadiyah Syauqi Soeratno berharap bahwa keberadaan JWM ini dapat meningkatkan sektor pariwisata halal. Apalagi potensi pasar halal di dunia mencapai sekitar 274 miliar dolar AS hingga 2026, dan yang terserap di Indonesia hanya sekitar 20 persen.

"Rasanya kita harus bisa menjawab tantangan ini, kita harus mampu menyerap potensi lain," kata Syauqi.

Terlebih lagi, di Kota Yogyakarta merupakan tempat lahirnya Muhammadiyah. Ia menilai bahwa sejarah Muhammadiyah di Yogyakarta dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata. 

Kampung Kauman yang berada di Kota Yogyakarta menjadi saksi perjuangan Muhammadiyah yang waktu itu ditentang berbagai kalangan. Tidak hanya Kauman, seluruh Yogyakarta dinilai memiliki napas Muhammadiyah.

"Masuk lorong gang Kauman satu hal, tapi hampir semua kampung di Yogyakarta ada napas Muhammadiyah. Kita kembali dan purifikasi Muhammadiyah melalui konsep yang lebih modern termasuk wisata halal," tuturnya.

Untuk itu, ia berharap kontribusi JWM dalam pengembangan wisata halal di Indonesia, sehingga potensi ratusan miliar dolar industri halal dapat terserap di Indonesia.

Kelahiran Jaringan Wisata Muhammadiyah dibidani secara langsung oleh Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) PP Muhammadiyah Melalui Surat Keputusan Nomor:021/KEP/I.8/G/2020 tanggal 28 Dzulhijah 1441 H bertepatan 18 Agustus 2020 M. Pada tanggal tersebut, MEK PP Muhammadiyah resmi menetapkan Badan Pengurus Jaringan Wisata Muhammadiyah (BP-JWM) dan Pedoman Dasar JWM.

Agenda Munas JWM 1 berlangsung selama tiga hari mulai Jumat (17/11/2023) hingga Ahad (19/11/2023) di SM Tower & Convention, Jalan KH Ahmad Dahlan No 107 Yogyakarta. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement