Kamis 23 Nov 2023 21:44 WIB

Umat Islam Pernah Diboikot Kaum Kafir di Zaman Rasulullah SAW

Umat Islam pernah diboikot kaum kafir.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Suasa kehidupan suku Quraisy di Makkah, masa lalu. (liustrasi)
Foto: Dawnofislam film
Suasa kehidupan suku Quraisy di Makkah, masa lalu. (liustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menjelang tahun keenam sejak Islam diproklamasikan oleh Nabi Muhammad SAW, kaum kafir Makkah telah menggunakan waktu tiga tahun untuk melakukan kampanye melawan Islam. Mereka juga telah berhasil mengembangkan perlawanan dan permusuhan untuk melawan kaum Muslim, tetapi mereka tidak mampu menunjukkan hasilnya. 

Bahkan justru sebaliknya, penyebaran risalah Islam malah semakin pesat. Namun beberapa hari sebelum masuk tahun ke tujuh, para pemimpin dari berbagai suku Quraisy mengadakan rapat rahasia di balai kota Makkah. Mereka merencanakan dan menandatangani satu dokumen yang menyatakan bahwa jika Bani Hasyim tidak mau menyerahkan Nabi Muhammad SAW kepada mereka, maka konsekuensinya, mereka akan menghadapi pemboikotan ekonomi dan sosial. Mereka membuat peraturan bahwa mereka tidak akan menjual atau membeli sesuatu apapun kepada Bani Hasyim. 

Baca Juga

Pada hari pertama tahun ketujuh proklamasi Islam, Bani Hasyim dan Bani Al-Muthalib pindah dan berlindung ke lembah sempit yang akhirnya disebut Syi'b Abu Thalib. Kisah pemboikotan ini adalah bagian yang mengharukan dalam sejarah Islam. Jumlah keseluruhan anggota Bani Hasyim adalah empat ratus orang. 

Dalam menghadapi pemboikotan ini, Sayyidah Khadijah istri Nabi Muhammad SAW justru menghadapinya dengan tegar dan hati gembira. Padahal dia adalah keluarga bangsawan dan sejak kecil dia hidup dilingkungan yang mewah. 

Untuk itu, Sayyidah Khadijah termasuk asing dengan kehidupan sederhana dan terkucil. Akan tetapi, ketika dia diharuskan meninggalkan rumahnya yang terkenal sangat megah dan besar untuk pergi ke suatu lembah yang sempit, dia melakukannya dengan gembira. 

Walaupun lingkungannya tidak ramah, Sayyidah Khadijah segera mampu menyesuaikan diri. Dia memusatkan perhatian kepada tugas yang ada dihadapannya, mengumpulkan segala kekuatan, keberanian, dan sumber dayanya. Kebangkitan semangatnya benar-benar mempesonakan. Abu Thalib sendiri tidak tidur jika malam hari tiba. 

Hadiah yang sangat berharga bagi orang-orang yang mengalami pengucilan selama tiga tahun ini adalah air. Mereka dan semua anggota keluarga serta para hamba sahaya mendapatkannya dari Sayyidah Khadijah. Ia memberikan kepingan-kepingan emas yang dibutuhkan untuk membeli air. Kepeduliannya kepada orang-orang yang ada di sekitarnya terwujud dalam beberapa cara. 

Sungguh, Sayyidah Khadijah adalah bidadari pelindung kaumnya, dan setiap orang di tempat itu merasakan sifat baik yang ada padanya serta dukungan dan kekuatan jiwanya yang penuh semangat. 

Terkadang, beberapa orang sahabat Bani Hasyim di Makkah berusaha menyelundupkan makanan ke tempat persembunyiannya itu, tetapi jika kepergok oleh kaum kafir, mereka segera merampasnya.

Sahabat keluarga Bani Hasyim yang lain di kota Makkah adalah Hakam bin Hizam, kemenakan Sayyidah Khadijah. Dia dan temannya, Abdul Bukhtari membawa bahan-bahan yang diperlukan Bani Hasyim. Hisyam bin Al-Amiri, Hakam bin Hizam dan Abdul Bukhtari bukan dari kalangan Muslim tetapi mereka tidak ingin adanya anak-anak atau anggota keluarga Bani Hasyim meninggal karena kelaparan dan kehausan. Mereka

siap mengorbankan jiwa mereka untuk membawa bantuan ke Syi'b Abu Thalib. Mereka juga senang membayar biaya-biaya itu selama tiga tahun dan yang semuanya itu untuk keselamatan keluarga yang diboikot. 

Setiap kali Ali atau Hakim bin Hizam dan Hisyam bin Amr membawa persediaan makanan ke tempat persembunyian, Sayyidah Khadijah akan mengaturnya. Mereka memandang Sayyidah Khadijah dengan senang dan kagum. Sayyidah Khadijah akan mengutamakan anak-anak terlebih dahulu daripada orang tua mereka.

Kemudian dia mendahulukan kepentingan orang-orang tua daripada kepentingan pribadi. Sayyidah Khadijah benar-benar seorang istri setia dan suri teladan bagi setiap Muslimah. 

Sejak masa awal pemboikotan sampai akhir, Sayyidah Khadijah selalu gembira. Dia mengetahui bahwa keluarga besarnya ada di bawah lindungan Allah SWT, dan karenanya selalu aman. Dia tidak memiliki rasa takut dan penderitaan. Dia mencontohkan

wahyu-wahyu Allah SWT dalam kehidupannya sehari-hari. 

Periode pengasingan dan pemboikotan yang menyentak setiap kalbu insan ini berlangsung selama tiga tahun dari 616 Masehi sehingga 619 Masehi. Dilansir dari buku 16 Tokoh Keluarga Nabi Muhammad SAW: Pendekar Islam Sejati yang ditulis Abdullah Harry diterbitkan Qalam, 2009.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement