Kamis 30 Nov 2023 14:02 WIB

Israel Tolak 3 Jenazah Sandera dalam Pertukaran Tahanan Palestina dan Sandera

Israel juga menolak menerima 7 sandera perempuan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Warga menyaksikan helikopter tentara Israel yang membawa warga Israel yang disandera Hamas di helipad Schneider-Childrens Medical Center di Petah Tikva, Israel, Jumat (24/11/2023).
Foto: EPA-EFE/ABIR SULTAN
Warga menyaksikan helikopter tentara Israel yang membawa warga Israel yang disandera Hamas di helipad Schneider-Childrens Medical Center di Petah Tikva, Israel, Jumat (24/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kelompok Hamas yang menjalankan pemerintahan di Gaza mengatakan, Israel menolak menerima tujuh sandera perempuan dan anak-anak serta tiga jenazah lainnya untuk pertukaran pada Kamis (30/11/2023). Jenazah yang diajukan merupakan korban dari pemboman Israel di daerah kantong tersebut.

“Hal ini terjadi meskipun ada konfirmasi melalui mediator bahwa kelompok ini adalah satu-satunya yang dimiliki gerakan (Hamas) dalam hal tahanan dalam kategori yang disepakati,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan dikutip dari Alarabiyah.

Baca Juga

Gencatan senjata antara Israel dan Hamas akan berakhir pada pukul 07.00 pada Kamis. Sumber Hamas mengatakan pada Rabu (29/11/2023), bahwa kelompok militan Palestina tidak puas dengan usulan Israel untuk perpanjangan lagi.

“Apa yang diusulkan dalam diskusi untuk memperpanjang gencatan senjata bukanlah yang terbaik,” kata sumber tersebut.

Komentar tersebut muncul di tengah negosiasi yang dipimpin oleh mediator Qatar dan Mesir untuk perpanjangan gencatan senjata kedua kali. Sejauh ini gencatan senjata yang berjalan menyebabkan 60 sandera yang semuanya perempuan dan anak-anak, dibebaskan dengan imbalan 180  tahanan Palestina dan pengiriman bantuan ke Jalur Gaza.

Menurut sumber tersebut, pembicaraan difokuskan pada perpanjangan jeda dua hari atau lebih. Gerakan Palestina menuntut penarikan tank dan peralatan militer Israel dari Jalur Gaza.

“Setiap diskusi mengenai pertukaran tahanan militer, tentara dan perwira pertama-tama akan membutuhkan penghentian agresi (Israel) dan pencabutan pengepungan yang mencekik Gaza,” kata sumber itu.

Komentar tersebut muncul setelah seorang pejabat senior Hamas mengatakan siap melepaskan semua tentara Israel yang ditawannya dengan imbalan semua tahanan Palestina yang ditahan di Israel. “Kami siap membebaskan semua tentara sebagai imbalan atas semua tahanan kami,” kata pejabat Hamas dan mantan menteri kesehatan Gaza Bassem Naim pada konferensi pers di Cape Town, saat berkunjung ke Afrika Selatan.

Menurut data resmi Israel, Hamas menawan sekitar 240 tawanan dari Israel selatan dalam serangan tanggal 7 Oktober. Sebagai tanggapan, Israel telah berjanji untuk melenyapkan Hamas dan melancarkan kampanye udara dan darat yang menurut pemerintah Hamas telah menewaskan lebih dari 15 ribu orang.

Beberapa  sandera yang masih ditahan oleh Hamas adalah tentara yang tidak termasuk dalam perjanjian pertukaran. Kemungkinan besar mereka akan digunakan sebagai alat tawar-menawar yang penting.

Pada 2011, lebih dari 1.000 warga Palestina ditukar dengan tentara Israel Gilad Shalit, yang telah ditawan oleh Hamas lima tahun sebelumnya. Kelompok aktivis mengatakan ada lebih dari 7.000 warga Palestina di penjara-penjara Israel.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement