Ahad 03 Dec 2023 07:10 WIB

Pemimpin Tertinggi Iran Serukan De-Amerikanisasi di Timur Tengah

Perang di Gaza sebagai faktor kunci dalam proses de-Amerikanisasi.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei menyerukan de-Amerikanisasi di Timur Tengah.
Foto: EPA-EFE/SUPREME LEADER OFFICE HA
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei menyerukan de-Amerikanisasi di Timur Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyerukan 'de-Amerikanisasi' di Timur Tengah. Dia menyebut perang di Gaza sebagai faktor kunci dalam proses tersebut.

Berbicara kepada anggota milisi Basij Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) pada Rabu (29/11/2023), Khamenei menyatakan bahwa operasi pada  7 Oktober oleh kelompok Perlawanan Palestina, Hamas, ke Israel adalah peristiwa bersejarah dan hasilnya akan sangat besar. Khamenei mengklaim, AS telah gagal di Lebanon karena dominasi gerakan dan milisi yang didukung Iran, Hizbullah di sebagian besar negara itu.

Baca Juga

“Mereka ingin menghancurkan Hizbullah.  Dalam rencana baru mereka, salah satu bagian dari rencana tersebut adalah menghancurkan Hizbullah. Hizbullah menjadi 10 kali lebih kuat," ujar Khamenei, dilaporkan Middle East Monitor.

Khamenei mengatakan, komponen penting dari tatanan Amerika di Timur Tengah adalah Pendudukan Israel di Palestina. "Tujuan Washington adalah untuk mengakhiri masalah Palestina demi kepentingan rezim perampas (Israel)," ujar Khamenei.

Pemimpin Tertinggi tersebut juga menyoroti hubungan antara hegemoni AS di kawasan dan upaya AS untuk mengubah aspek geografi di kawasan tersebut.  “Mereka bilang ingin memberikan peta baru pada kawasan ini, yang mereka beri nama Timur Tengah.  Timur Tengah yang baru berarti peta geografi politik yang baru”, ujarnya.

Menurut Khamenei, metode Iran untuk melawan peta baru AS adalah dengan menyebut wilayah tersebut sebagai Asia Barat, dan bukan Timur Tengah.  Khamenei mengatakan, peta baru tersebut harus mencakup Palestina,  yangberarti tegaknya kedaulatan Palestina di seluruh wilayah. Salah satu solusiuntuk mencapai tujuan tersebut adalah referendum di Israel dan Wilayah Pendudukan Palestina.

"Peran Amerika Serikat di Timur Tengah pasti akan terguling," kata Khamenei.

Khamenei membandingkannya dengan menjungkirbalikkan meja atau mengeluarkan Amerika dari “meja” di kawasan itu sendiri.  Namun, ia berspekulasi bahwa dominasi AS akan terus melemah secara eksponensial.

Pertempuran baru di Gaza memasuki hari kedua pada Sabtu (2/12/2023) setelah pembicaraan untuk memperpanjang gencatan senjata gagal mencapai kesepakatan. Mediator mengatakan pengeboman Israel mempersulit upaya untuk kembali menghentikan permusuhan.

Wilayah timur Khan Younis di selatan Gaza menjadi sasaran pemboman hebat ketika batas waktu gencatan senjata berakhir pada Jumat (1/12/2023) pagi. Warga turun ke jalan dengan barang-barang yang ditumpuk di gerobak, mencari perlindungan lebih jauh ke barat.

Qatar mengatakan negosiasi untuk melanjutkan gencata senjata terus berlanjut, namun pengeboman Israel yang kembali terjadi di Gaza telah memperumit masalah. Seorang pejabat Israel di Washington mengatakan pembebasan sandera menjadi prioritas negosiasi yang sangat tinggi.

“Dan untuk itu, berdasarkan ketentuan yang disepakati, Israel bersedia memberikan jeda tambahan. Kita bisa bernegosiasi selagi kita masih berperang," ujar pejabat Israel itu.

Di utara Gaza, yang sebelumnya merupakan zona perang utama, asap tebal membubung di atas reruntuhan. Suara tembakan dan ledakan terdengar bersamaan dengan suara gonggongan anjing.Warga dan pejabat Hamas mengatakan para pejuangnya yang bersenjatakan granat berpeluncur roket melawan pasukan dan tank Israel di lingkungan Sheikh Radwan di utara Kota Gaza.

Sirene terdengar di seluruh Israel selatan ketika para militan menembakkan roket dari Gaza ke kota-kota Israel. Hamas menargetkan Tel Aviv, namun tidak ada laporan korban jiwa atau kerusakan.

Korban jiwa dilaporkan terjadi di Lebanon selatan, yang menjadi titik konflik lain bagi Israel. Seorang pejabat Lebanon mengatakan, penembakan Israel menewaskan tiga orang pada Jumat.

Kelompok Hizbullah Lebanon yang didukung Iran mengatakan, mereka telah melakukan beberapa serangan terhadap posisi militer Israel di perbatasan.Tentara Israel mengatakan, artileri mereka menyerang sumber tembakan dari Lebanon dan pertahanan udara telah mencegat dua peluncuran.

Amerika Serikat menuding Hamas sebagai penyebab meletusnya pertempuran baru di Gaza setelah jeda kemanusiaan. AS mengatakan, Hamas gagal memberikan daftar sandera baru yang akan dibebaskan.Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin mengatakan, Washington bekerja secara diplomatis untuk memulihkan gencatan senjata.

“Kami akan terus bekerja sama dengan Israel, Mesir, dan Qatar dalam upaya menerapkan kembali jeda tersebut,” kata Austin pada konferensi pers di Kalifornia.

Austin menyalahkan Hamas karena gagal memenuhi persyaratan mengenai sandera. Sementara itu, senator AS dari Partai Demokrat Mark Warner, yang merupakan ketua Komite Intelijen Senat, mengatakan, Washington harus memberikan tekanan pada Israel.“Kita harus mendorong Israel untuk menyadari bahwa ini bukan hanya konflik militer, namun ini adalah konflik hati dan pikiran masyarakat dunia dan Amerika Serikat,” ujar Warner.

Hamas menuduh Washington memberikan lampu hijau untuk perang genosida dan pembersihan etnis Israel di Gaza. “Hari ini, mereka dengan berani mengulangi tindakan Zionis Ini adalah kebohongan yang membuat Hamas bertanggung jawab untuk melanjutkan perang dan tidak memperpanjang gencatan senjata kemanusiaan,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan.

Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan, pasukan Israel telah menghentikan semua pengiriman bantuan ke Gaza melalui perbatasan Rafah dengan Mesir. Sementara COGAT, badan Israel untuk koordinasi sipil dengan Palestina mengatakan, bantuan yang disepakati berdasarkan gencatan senjata telah dihentikan. Tetapi atas permintaan Washington, puluhan truk yang membawa air, makanan, dan pasokan medis telah mencapai Gaza.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement