Rabu 06 Dec 2023 23:06 WIB

Penerima Beasiswa Lazis Wajib Kembali ke Tanah Air untuk Bangun Indonesia

Sebanyak 1241 orang dari berbagai lembaga pendidikan menerima beasiswa ASFA.

Ketua ASFA Foundation Komjen Pol (Pur) Syafruddin menerima cinderamata dari para kader pesantren penerima beasiswa di Jakarta pada Rabu (6/12/2023))
Foto: ASFA
Ketua ASFA Foundation Komjen Pol (Pur) Syafruddin menerima cinderamata dari para kader pesantren penerima beasiswa di Jakarta pada Rabu (6/12/2023))

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sekitar 50 orang penerima beasiswa Lembaga Amil Zakat Infak dan Sedekah (Lazis) Assalam Fil Alamin (ASFA) beserta 70 tokoh masyarakat berkumpul di Jakarta pada Rabu (6/12/2023). Mereka mendapatkan wejangan dari para tokoh nasional terkait keharusan terlibat dalam pembangunan bangsa di lembaga tempat mereka mengabdi. 

Para penerima beasiswa sukses menyelesaikan studi di Universitas Al Azhar Mesir, Universitas Darussalam Gontor, Universitas Sultan Agung Semarang, dan sejumlah kampus lainnya. Jenjang studi yang mereka raih dimulai dari sarjana hingga doktor. Mereka merupakan sebagian dari total 1.241 orang peraih beasiswa ASFA yang kini menempuh studi di berbagai perguruan tinggi di dalam dan luar negeri.

Baca Juga

Sesuai komitmen yang sudah disepakati, mereka wajib kembali ke lembaga tempat mereka mengabdi. Di sana mereka akan mendidik santri untuk menjadi sumber daya manusia unggul. Kelak mereka akan mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Ketua Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Prof Dr Noor Achmad optimistis, para penerima beasiswa ASFA akan menebar inspirasi dan menghadirkan perubahan positif membangun negeri. “Total penerima beasiswa ada 1.241 orang. Kalau masing-masing menggerakkan seribu orang kepada kebaikan, maka akan ada satu juta dua ratus empat puluh satu ribu orang tergerak hatinya untuk membangun negeri ini, tentu memberikan efek yang sangat strategis,” kata Noor.

Pihaknya mendukung program beasiswa ASFA yang mengharuskan para penerima manfaat program tersebut untuk kembali ke instansi tempat mengabdi. Berdasarkan beasiswa ASFA, Noor akan mewajibkan ribuan penerima beasiswa BAZNAS untuk nantinya kembali ke Tanah Air dan terlibat dalam pembangunan di lingkungan masing-masing. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat pembangunan nasional yang berefek kepada pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan sosial.

Pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang KH Abdul Hakim Mahfudz mengimbau penerima beasiswa ASFA untuk meneladani para pejuang pembangun negeri. Di tengah berbagai keterbatasan kala itu, para pejuang mampu melakukan kerja strategis melenyapkan penjajahan. 

“Kuncinya adalah persatuan, semuanya harus mampu bersatu, untuk nantinya menghadirkan pergerakan dan pemikiran membangun Indonesia, negeri yang menjadi tempat berbagai kearifan dan tradisi. Kita dijajah 350 tahun, tapi budaya tahlilan, shalawatan, dzikir, tetap ada sampai sekarang. Inilah Indonesia tempat kita berkhidmah,” kata Gus Kikin.

Dia juga mengimbau para penerima beasiswa ASFA untuk bertirakat seperti yang dilakukan ulama dahulu. Teruskan puasa Daud, Puasa Senin dan Kamis, dan amalan sunnah lainnya. Sebab istikamah mengamalkan ibadah sunnah tersebut akan menuntun bangsa ini kepada kebesaran dan kearifan mewarnai peradaban dunia.

Gus Kikin mengapresiasi kerja strategis ASFA. Pihaknya yakin amal kebaikan berupa program beasiswa Indonesia Emas 2045 akan diganjar kebaikan yang berlimpah.

Ketua ASFA Foundation Syafruddin Kambo menjelaskan sejak awal lembaga yang diinisiasinya berdiri, semua pihak yang terlibat berkomitmen untuk membangun SDM unggul. Program beasiswa yang dijalankan bukan sekadar untuk belajar dan meningkatkan kapasitas individu. Lebih dari itu, harus ada komitmen membangun Indonesia. “Karena Indonesia akan menjadi negara yang sangat diperhitungkan di dunia, tentu SDMnya harus kuat dan nantinya akan mengharumkan nama Indonesia di berbagai kawasan,” imbuh Wakil Kepala Kepolisian RI periode 2016-2018 tersebut.

Ketua Lazis ASFA H Muchlis Hasyim mengimbau semua penerima beasiswa ASFA untuk mengamalkan tiga kebaikan. Pertama adalah shalat tepat pada waktunya secara berjamaah. Kedua adalah berbakti kepada orang tua. “Kembali ke lembaga tempat kalian berkhidmah adalah bentuk berbakti kepada orang tua, meminta doa orang tua, dan membersamai orang tua,” kata Muchlis.

Ketiga, berusaha keras di jalan Allah. Bentuknya berupa kesungguhan mendidik generasi penerus bangsa dan aktualisasi diri sesuai profesi masing-masing. “Kita melakukan ketiganya untuk menggapai cinta Allah. Kalau Allah sudah cinta, maka apa yang kita cita-citakan akan mudah terwujud dan kita selalu berada dalam lindungan Allah,” kata pegiat dakwah tersebut.

Wakil Ketua Lazis ASFA KH Anizar Masyhadi menjelaskan sebagian penerima beasiswa ASFA menempuh studi kedokteran di sejumlah perguruan tinggi di dalam dan luar negeri. “Mereka nantinya akan menggerakkan layanan kesehatan di berbagai pesantren dan memberikan banyak manfaat untuk keberlangsungan pendidikan di Tanah Air,” kata Anizar.

Kegiatan ini dihadiri sejumlah tokoh nasional. Mereka adalah Ketua Dewan Pengawas Lazis ASFA Irjen Pol (Pur) Mas Guntur Laupe, Pengasuh Pesantren Darunnajah KH Dr Sofwan Manaf, Pengasuh Pesantren Al Ikhlas Taliwang Sumbawa Barat KH Dr Zulkifli Muhadli, Pengasuh Pesantren Al Ikhlas Kuningan KH Dr M Tata Taufik, dan Sekretaris Jenderal Forum Pesantren Alumni Gontor KH Dr Anang Rikza Masyhadi.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement