Rabu 06 Dec 2023 19:53 WIB

Pesan Rasulullah SAW: Waspadai Pemimpin dengan 4 Ciri Orang Munafik 

Kemunafikan sangat dicela dalam Islam

Rep: Fuji E Permana / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi Pemimpin. Kemunafikan sangat dicela dalam Islam
Foto: pixabay
Ilustrasi Pemimpin. Kemunafikan sangat dicela dalam Islam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –  Allah SWT menyampaikan bahwa orang munafik ditempatkan di tingkat paling bawah dari neraka, sebagaimana Firman-Nya pada Surat An-Nisa Ayat 145. Maka sifat munafik termasuk dosa besar hingga diancam ditempatkan di neraka paling bawah.

Imam Muslim meriwayatkan penjelasan Nabi Muhammad SAW terkait empat ciri sifat orang munafik. Jika seorang calon pemimpin memiliki sifat munafik seperti yang disebutkan Rasulullah SAW, maka harus diwaspadai dampak buruknya, karena dia melakukan dosa besar hingga diancam ditempatkan di neraka paling bahwa.

Baca Juga

Kecuali dia bertobat dengan sungguh-sungguh dan membuang jauh-jauh sifat munafiknya.  

صحيح مسلم ٨٨: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِيي حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ ح و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُرَّةَ عَنْ مَسْرُوقٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَلَّةةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَلَّةٌ مِنْ نِفَاقٍ حَتَّى يَدَعَهَا إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ غَيْرَ أَنَّ فِي حَددِيثِ سُفْيَانَ وَإِنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْ النِّفَاقِ

Abdullah bin Amru berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Ada empat perkara, siapapun yang empat perkara tersebut ada pada dirinya maka dia menjadi orang munafik sejati, dan jika salah satu sifat dari empat perkara tersebut ada pada dirinya, maka pada dirinya terdapat satu sifat dari kemunafikan hingga dia meninggalkannya. Jika berbicara selalu berdusta (berbohong), jika melakukan perjanjian menyelisihi (melanggar), jika berjanji (membuat kesepakatan) selalu ingkar (berkhianat), dan jika berselisih (bertengkar) selalu licik (menyimpang)." Dalam hadits Sufyan redaksinya berbunyi, "Apabila dalam dirinya terdapat salah satu sifat (munafik) tersebut maka dia memiliki salah satu sifat kemunafikan." (HR Imam Muslim)

Di dalam hadits tersebut dijelaskan, jika seseorang memiliki salah satu dari sifat munafik yang empat itu, maka dia adalah orang munafik sampai dia meninggalkan sifat munafik yang empat tersebut. 

Nifak adalah sikap yang tidak menentu, tidak sesuai antara ucapan dan perbuatannya. Dilansir dari buku Wasiat Rasul Buat Lelaki yang ditulis Muhammad Khalil Itani diterjemahkan Ahmad Syakirin diterbitkan AQWAM, 2013. Dijelaskan bahwa ada dua jenis kemunafikan. 

Pertama adalah nifaq akbar (nifak besar). Yakni seseorang yang menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekafiran. Orang munafik seperti ini kekal di dalam neraka, bahkan berada di tingkatan paling bawah dari neraka.  Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ فِى الدَّرْكِ الْاَسْفَلِ مِنَ النَّارِۚ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيْرًاۙ “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) di tingkat paling bawah dari neraka. Kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” (QS An-Nisa Ayat 145)

Baca juga: Pesan Rasulullah SAW: Jangan Pernah Tinggalkan Sholat 5 Waktu

Kedua, nifaq ashghar (nifaq kecil). Yakni nifaq dalam amalan. Maknanya seseorang yang menampakkan secara terang-terangan kebaikannya dan menyembunyikan keburukannya. Orang yang mengerjakan hal ini, ia berada dalam bahaya yang sangat besar. 

Ketahuilah, pangkal dari nifaq ini kembali kepada sifat-sifat yang telah disebut dalam hadits di atas. Jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia menyelisihi, jika bertengkar ia menyimpang, dan jika membuat kesepakatan ia berkhianat.   

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement