REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nabi islam yang mulia, Muhammad ﷺ begitu mencintai istrinya dan anak perempuannya. Beliau ﷺ senantiasa mengajarkan mereka pada kebaikan.
Ali menceritakan kepada kami, bahwasanya pernah suatu kali Fathimah mengeluhkan sakit yang ia rasakan di tangannya akibat menggiling tepung (sendiri). Pada saat yang sama ketika itu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam memperoleh ghanimah berupa tawanan. Mengetahui hal itu, Fathimah pun berangkat untuk menemui
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, namun ia tidak mendapati beliau di rumahnya, ia hanya bertemu dengan bunda Aisyah saja. Maka ia pun memutuskan untuk memberitahukan bunda Aisyah tentang maksud kedatangannya.
Setelah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tiba di rumah, bunda Aisyah pun menceritakan tentang kedatangan Fathimah dan tujuannya. Lalu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pun langsung datang ke rumah kami, padahal ketika itu kami sudah menuju ke pembaringan. Mengetahui kedatangan beliau, kami pun segera beranjak dari tempat tidur untuk berdiri menyambutnya.
Namun beliau berkata, “Tetaplah di tempat kalian.” Lalu beliau duduk di tengah-tengah antara aku dan Fathimah, bahkan ketika itu aku dapat merasakan bekunya kaki beliau di dadaku. Kemudian beliau berkata, “Maukah kalian berdua aku ajarkan perkara yang lebih baik dari apa yang kalian minta? Apabila kalian hendak tidur, maka bacalah takbir sebanyak tiga puluh empat kali, tasbih sebanyak tiga puluh tiga kali, dan tahmid sebanyak tiga puluh tiga kali. Itu semua lebih baik untuk kalian berdua dibandingkan memiliki seorang pembantu.” (HR. Bukhari no.3705 dan Muslim no.2727)
Pada riwayat lain ditambahkan, bahwa setelah menyampaikan riwayat itu Ali Radhiyallahu Anhu berkata, “Aku tidak pernah meninggalkan kebiasaan itu setelah aku mendengarnya dari Nabi.” Seseorang bertanya, “Meskipun pada malam (perang) Shiffin?” ia menjawab, “(Aku tidak pernah meninggalkannya) meskipun pada malam (perang) Shiffin.” (HR. Bukhari no.5362 dan Muslim no.2727)
Seperti dikutip dari buku Beginilah Rasulullah ﷺ Bersama Keluarga, Dari Aisyah radiallahuanha ia berkata : "Ketika istri-istri Nabi berada di dekatnya, ia tidak meninggalkan satu pun dari mereka. Kemudian Fatimah datang dengan berjalan, tidak sedikitpun cara jalan Fatimah menyelisihi cara jalan Rasulullah. Ketika Nabi melihatnya ia pun menyambutnya seraya berkata : "Selamat datang anakku". Kemudian mendudukannya di kanan atau kirinya". (HR. Muslim)
Demikianlah kelembutan dan sayang Nabi ﷺ kepada anaknya. Dengan tersenyum, sambutan yang penuh dengan cinta dan penghargaan. Karena anak-anak kita tidak hanya menginginkan pemenuhan kebutuhan makan dan pakaian, melainkan mereka juga menginginkan interaksi yang baik, didengarkan serta ditanggapi harapan-harapan mereka.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا
"Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa". (QS. al-Furqan ayat 74 ).
Sebagaimana diketahui, bahwa malam Shiffin yang dimaksud adalah malam terjadinya perang Shiffin, di mana Ali -Radhiyallahu Anhu- menjadi panglima perangnya. Namun, meskipun demikian ia tetap menyempatkan waktunya untuk mengerjakan sunnah yang diajarkan oleh Nabi kepadanya itu.