REPUBLIKA.CO.ID, LONDON— Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron, Kamis, mengumumkan bahwa pemukim ekstremis Israel yang bertanggung jawab atas kekerasan dan serangan terhadap warga Palestina di Tepi Barat akan dilarang memasuki Inggris.
"Pemukim ekstremis, dengan menargetkan dan membunuh warga sipil Palestina, merusak keamanan dan stabilitas bagi warga Israel dan Palestina," tulis David Cameron di platform X.
Dia mendesak Israel untuk mengambil tindakan yang lebih tegas untuk menghentikan kekerasan yang dilakukan pemukim dan menekankan bahwa Tel Aviv harus meminta pertanggungjawaban para pelakunya.
"Kami melarang mereka yang bertanggung jawab atas kekerasan pemukim memasuki Inggris untuk memastikan negara kami tidak menjadi rumah bagi orang-orang yang melakukan tindakan intimidasi ini," tambahnya.
Ketegangan meningkat tinggi di Tepi Barat di tengah serangan militer Israel di Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober.
Setidaknya 283 warga Palestina gugur di Tepi Barat akibat penembakan oleh Israel dan lebih dari empat ribu lainnya ditahan sejak saat itu, menurut data Palestina.
Pasukan Israel telah melakukan serangan mematikan di wilayah pendudukan Tepi Barat jelang pertemuan Majelis Umum PBB (UNGA) untuk membahas gencatan senjata kemanusiaan secepatnya. Setidaknya empat warga Palestina gugur pada Selasa (12/12/2023) dalam serangan paling intens di Kota Jenin di Tepi Barat.
Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina menyatakan, militer Israel memblokir ambulans dari kamp pengungsi Jenin untuk merawat korban luka. Pasukan Israel juga melancarkan serangan di kota-kota Tepi Barat lainnya, termasuk menangkap sekitar 50 orang di Ramallah, Bethlehem, Nablus, dan Tubas
Koresponden Aljazirah, Nida Ibrahim, yang melaporkan dari Ramallah di Tepi Barat mengatakan, penggerebekan di Jenin masih berlangsung. Beberapa warga memasang penghalang jalan untuk menghalangi pasukan Israel.
Pengeboman Israel di Gaza yang berlangsung selama dua bulan telah membunuh sekitar 18.200 warga Palestina, termasuk 7.729 anak-anak, dan membuat 90 persen penduduknya mengungsi. Pejabat bantuan kemanusiaan memperingatkan runtuhnya sistem kesehatan dan kondisi “apokaliptik” di wilayah kecil di Gaza selatan, yang menjadi tempat warga Palestina berlindung.
Sementara itu, pasukan Israel menggerebek Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara, setelah mengepung dan menembaki rumah sakit tersebut selama beberapa hari.
Baca juga: Tiba-Tiba Terbangun Tengah Malam dan Ingin Meneruskan Tidur, Baca Doa Rasulullah SAW Ini
Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Ashraf al-Qudra menambahkan bahwa pasukan Israel sedang mengumpulkan laki-laki termasuk staf medis di halaman rumah sakit, yang ia khawatirkan akan ditangkap.
“Kami menyerukan PBB, Organisasi Kesehatan Dunia, dan Komite Palang Merah Internasional untuk segera bertindak menyelamatkan nyawa mereka yang dirawat di rumah sakit,” kata al-Qudra.
Serangan-serangan baru dan meningkatnya jumlah korban terjadi menjelang pemungutan suara di Majelis Umum PBB pada Selasa malam mengenai gencatan senjata kemanusiaan secepatnya.