Jumat 15 Dec 2023 14:54 WIB

Jerman Berhenti Menerima Imam yang Dilatih di Turki

Mantan Kanselir Angela Merkel pertama kali mendukung pelatihan para imam di Jerman.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Orang-orang berjalan melewati Masjid  Pusat Cologne selama Hari Masjid Terbuka di Cologne, Jerman, Selasa (3/10/2023).
Foto: EPA-EFE/CHRISTOPHER NEUNDORF
Orang-orang berjalan melewati Masjid Pusat Cologne selama Hari Masjid Terbuka di Cologne, Jerman, Selasa (3/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID,BERLIN -- Sebuah program pelatihan yang menempatkan imam-imam Turki di masjid-masjid di Jerman akan dihapuskan, seiring dengan upaya Jerman untuk melatih ulama-ulamanya dalam upaya mendorong integrasi. Hal ini disampaikan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) pada Kamis kemarin.

Berdasarkan perjanjian baru antara kementerian, otoritas keagamaan Turki Diyanet dan kelompok payung Islam Turki DITIB, sekitar 100 imam akan dilatih setiap tahun di kota barat Dahlem, Jerman.

Baca Juga

Para imam ini secara bertahap akan menggantikan sekitar 1.000 ulama yang dilatih dan dipekerjakan oleh Diyanet Turki.

“Kami membutuhkan pemimpin agama yang bisa berbicara dalam bahasa kami, mengenal negara kami dan membela nilai-nilai kami,” kata Menteri Dalam Negeri Jerman, Nancy Faeser dalam sebuah pernyataan, dilansir dari laman DW, Jumat (15/12/2023).

“Kami ingin para imam terlibat dalam dialog antar agama dan mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan tentang keyakinan dalam masyarakat kita,” ujar Faeser.

Menurut Konferensi Islam Jerman (DIK), terdapat sekitar 5,5 juta Muslim yang tinggal di Jerman atau sekitar 6,6 persen dari populasi.  Faeser menegaskan, ini merupakan tonggak penting bagi integrasi dan partisipasi komunitas Muslim.

Jerman memiliki sekitar 2.500 komunitas masjid, 900 di antaranya dikelola oleh DITIB. Sebuah cabang dari Kepresidenan Urusan Agama di Ankara, DITIB adalah asosiasi Islam terbesar di Jerman namun dituduh bertindak sebagai perpanjangan tangan pemerintah Turki.

Seorang anggota Taliban berbicara di sebuah masjid di Cologne, Jerman.

Kontroversi DITIB terbaru terjadi ketika seorang anggota Taliban Afghanistan berbicara di salah satu masjid organisasi tersebut di kota Cologne di bagian barat bulan lalu.

Pada tahun 2017, para pejabat Jerman meminta DITIB untuk melakukan reformasi mendasar menyusul tuduhan bahwa para imam yang dikirim oleh Diyanet telah memata-matai atas nama Ankara setelah kegagalan kudeta terhadap pemerintahan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Diyanet membantah terlibat dan penyelidikan ditutup tanpa tuduhan apa pun.

Mantan Kanselir Angela Merkel pertama kali mendukung pelatihan para imam di Jerman pada 2018, dan mengatakan kepada parlemen bahwa hal itu “akan membuat kita lebih mandiri dan diperlukan untuk masa depan.”

Pelatihan 100 imam per tahun di Jerman akan berlangsung sebagai bagian dari program DITIB yang ada, serta melalui program tambahan, kata kementerian tersebut. Untuk mencapai tujuan ini, pihaknya menyatakan sedang mencari kerja sama dengan Sekolah Tinggi Islam Jerman di Osnabruck.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement